Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Arkora Hydro Tbk (ARKO) membidik peluang dari misi pemerintah mencapai swasembada energi dan pengembangan Energi Baru dan Terbarukan (EBT). ARKO menyiapkan langkah ekspansi untuk menambah kapasitas pembangkit listrik berbasis tenaga air (PLTA) alias hydro power.
Direktur Utama Arkora Hydro Aldo Henry Artoko mengungkapkan ARKO memiliki total kapasitas terkontrak sebesar 42,8 Megawatt (MW). Kinerja ARKO saat ini ditopang oleh operasional tiga hydro power plant.
Pertama, Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) Cikopo di Garut - Jawa Barat yang memiliki kapasitas 7,4 MW. Kedua, PLTM Tomasa di Poso - Sulawesi Tengah berkapasitas 10 MW.
Ketiga, PLTM Yaentu berkapasitas 10 MW. Pembangkit yang juga berlokasi di Poso ini baru beroperasi secara komersial alias Commercial Operation Date (COD) pada Oktober 2024.
Saat ini ARKO sedang dalam proses konstruksi dua proyek hydro power plant lain. Pertama, Proyek Kukusan II di Lampung. Mencapai progres konstruksi 50% per November 2024, PLTM berkapasitas 5,4 MW ini ditargetkan COD pada kuartal III-2025.
Baca Juga: Total Produksi Listrik Hijau Grup Astra Akan Naik Nyaris 50% di Tahun 2025
Kedua, proyek Tomoni di Luwu Timur - Sulawesi Selatan. Progres konstruksi pembangkit berkapasitas 10 MW ini baru 12,2% per November 2024, dan ditargetkan mencapai COD pada kuartal III-2026.
Aldo menyoroti potensi EBT yang masih sangat besar di Indonesia, termasuk dari sumber tenaga air. Komitmen pemerintah memacu bauran energi bersih dalam sumber ketenagalistrikan nasional membuka peluang bagi ARKO untuk terus mengembangkan portofolio aset dan kinerja bisnisnya.
Selain untuk transisi energi, pemanfaatan sumber EBT sangat krusial dalam mencapai misi swasembada dan kemandirian energi yang diusung oleh Presiden Prabowo Subianto. Aldo bilang, ARKO siap berkontribusi dalam upaya tersebut.
"Bagian dari energi terbarukan sangat penting karena potensinya ada di dalam negeri. Tanpa peran swasta akan sulit tercapai. Kami optimistis perkembangan energi terbarukan akan sangat didukung," ungkap Aldo dalam paparan publik, Selasa (17/12).
Direktur Arkora Hydro Boy Gemino Kalauserang menambahkan, pada tahun depan ARKO akan fokus menggarap dua proyek yang sedang berjalan. Secara bertahap, ARKO akan terus menambah kapasitas dengan pembangunan hydro power plant baru.
Baca Juga: Potensi Kolaborasi PLN, BUMN, dan Emiten EBT Memacu Transisi & Swasembada Energi
Saat ini, ARKO telah mengidentifikasi potensi pengembangan sekitar 261,2 MW. Sebaran lokasinya terutama berada di Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi. "Pipeline ini akan menjadi proyek-proyek yang akan kami garap pada tahun depan dan seterusnya," ungkap Boy.
Dengan agenda ekspansi tersebut, ARKO telah mengestimasikan tambahan kapasitas produksi hingga tahun 2027. Pada tahun ini, kapasitas produksi ARKO akan meningkat menjadi 118,2 Gigawatt hour (GWh), dibandingkan tahun sebelumnya di level 97,6 GWh.
Tambahan pembangkit baru akan mendongkrak kapasitas produksi ARKO. Emiten yang terafiliasi dengan PT United Tractors Tbk (UNTR) ini menargetkan kapasitas produksi 176,7 GWh pada 2025, naik ke 228,6 GWh pada 2026 dan meningkat jadi 257 GWh pada tahun 2027.
Dari sisi kinerja keuangan, pendapatan ARKO dalam periode sembilan bulan 2024 tumbuh 16,08% secara tahunan atau year on year (YoY) menjadi Rp 153,51 miliar. Namun secara bottom line, laba bersih ARKO menyusut 10,80% (yoy) menjadi Rp 40,55 miliar.
Direktur Arkora Hydro Ricky Hartono mengatakan, kinerja ARKO pada tahun ini akan dipengaruhi oleh anomali cuaca dan pengoperasian pembangkit baru.
Baca Juga: Produksi Listrik Terbesar, Arkora Hydro (ARKO) Umumkan PLTA Ketiga Sudah Beroperasi
Rekomendasi Saham
Research Analyst Stocknow.id Emil Fajrizki mengamati emiten yang bergerak di bisnis berbasis EBT seperti ARKO punya prospek pertumbuhan jangka panjang. Komitmen pemerintah dalam transisi energi dengan mendongkrak bauran listrik EBT akan menjadi katalis penting bagi ARKO.
Apalagi, ARKO sudah memiliki pipeline pengembangan hingga 261,2 MW yang bisa menjadi katalis jangka panjang untuk menjaga pertumbuhan kinerjanya. "Juga memiliki peluang untuk memanfaatkan kebijakan insentif serta permintaan yang terus meningkat terhadap energi bersih," kata Emil kepada Kontan.co.id, Selasa (17/12).
Dari sisi pergerakan saham, secara year to date pergerakan ARKO unggul dibandingkan saham EBT lainnya dengan mengakumulasi kenaikan 34,75%. Hanya saja, laju saham ARKO cukup melandai dalam beberapa minggu terakhir.
Pada perdagangan Selasa (17/12), harga ARKO melemah 1,04% ke level Rp 950 per saham. Menimbang fundamental, posisi valuasi dan prospek kinerja ke depan, Emil menilai saham ARKO layak dilirik sebagai pilihan jangka menengah hingga jangka panjang.
Sebagai rekomendasi saat ini, Emil menyarankan strategi buy on weakness. Dia menyoroti level harga Rp 950 sebagai support penting. Jika mampu bertahan, ada potensi rebound menuju resistance ke posisi Rp 1.215 per saham.
Selanjutnya: Sambut Insentif Pajak, Multifinance Bidik Kenaikan Penyaluran Pembiayaan di 2025
Menarik Dibaca: Yogyakarta Hujan Ringan Mulai Sore, Pantau Prakiraan Cuaca Besok di DIY
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News