Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah dunia masih dalam tren yang menanjak seiring kabar berkurangnya cadangan minyak di AS hingga konflik geopolitik Timur-Tengah yang makin panas.
Mengutip Bloomberg, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Agustus 2019 di New York Mercantile berada di level US$ 58,87 per barel pada Rabu (26/6) pukul 16.50 WIB. Angka ini menguat 1,80% dibandingkan hari sebelumnya. Ini juga merupakan level tertinggi minyak WTI sejak akhir Mei lalu.
Setali tiga uang, harga minyak jenis brent untuk pengiriman Agustus 2019 di ICE Futures juga menguat 1,18% ke level US$ 65,82 per barel.
Direktur Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, kenaikan harga minyak cukup dipengaruhi oleh kabar berkurangnya stok minyak mentah di AS.
Berdasarkan laporan American Petroleum Institute (API), persediaan minyak mentah AS merosot 7,55 juta barel pada sepekan lalu.
Tak hanya itu, konsensus pasar juga memperkirakan data cadangan minyak AS yang tercatat oleh Energy Information Administration (EIA) akan turun 2,8 juta barel pada pekan lalu. Data ini akan dirilis nanti malam.
Penurunan cadangan minyak AS sangat berkaitan dengan tingkat kebutuhan energi yang tinggi di AS ketika memasuki musim panas. “Subsidi minyak di AS tergolong tinggi untuk saat ini,” kata Ibrahim, Rabu (26/6).
Di samping itu, meningkatnya ketegangan antara AS dan Iran juga berpengaruh signifikan terhadap kenaikan harga minyak.
Konflik ini memanas usai Iran menembak jatuh pesawat tanpa awak atau drone milik AS. Presiden AS Donald Trump pun menuduh penembakan tersebut dilakukan di atas wilayah penerbangan internasional, meskipun pihak Iran membantahnya. Para pelaku pasar khawatir konflik kedua negara ini akan berkembang menjadi perang bersenjata.
Ibrahim menilai, konflik AS—Iran dapat mengganggu jalur transportasi minyak terutama di kawasan Selat Hormuz. Alhasil, harga komoditas tersebut berpotensi makin melonjak.
“Kemungkinan konflik ini masih akan berkutat pada perang kata-kata mengingat AS punya defisit anggaran yang besar sehingga kecil kemungkinan untuk berperang secara militer,” ungkap dia.
Secara teknikal, bollinger band moving average 20% di atas bollinger atas. Indikator stochastic masih bergerak flat, sementara MACD dan RSI 60% positif. Indikator teknikal ini memberi sinyal bahwa harga minyak masih berpeluang naik.
Ibrahim memproyeksikan, harga minyak WTI akan bergerak di kisaran US$ 58,10—US$ 59,90 per barel pada perdagangan Kamis (26/6). Adapun untuk perdagangan sepekan ke depan, harga minyak ditaksir berada di rentang US$ 57,50—US$ 60,60 per barel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News