Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah akan menerbitkan surat berharga negara (SBN) ritel yang terakhir di 2024, yakni Sukuk Tabungan seri ST013. Berdasarkan jadwal, penerbitan akan dilakukan pada 8 November 2024.
Fixed Income dan Macro Strategist Mega Capital Sekuritas Lionel Priyadi memperkirakan penawaran kupon SBN yang terakhir ini akan menawarkan kupon yang cukup menarik. "Mungkin 5,8%-6,2%," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (29/10).
Menurutnya, range kupon tersebut cukup menarik, mengingat perkiraan pemangkasan suku bunga BI masih berpotensi dua kali lagi di bulan November & Desember.
Meskipun memang, dibandingkan dengan seri-seri sebelumnya range tersebut cenderung mini. Rata-rata seri-seri sebelumnya berkisar di 6,35%-6,45%.
Baca Juga: Pemerintah Mengungkap Penjualan ORI026 Mencapai Rp 19,35 Triliun
Lionel berpendapat, kuota penerbitan obligasi pemerintah tahun ini yang sudah semakin menipis. Dia melihat kuotanya tinggal Rp 57 triliun lagi dan belum termasuk hasil lelang Selasa (29/10).
"Jadi tidak ada urgensi dari pemerintah juga untuk menerbitkan obligasi/sukuk ritel terlalu besar dengan suku bunga tinggi," katanya.
Di sisi lain, Lionel juga menilai antusiasme terhadap obligasi ritel mulai melempem. Ini bercermin dari hasil penjualan ORI026 sebesar Rp 19,36 triliun dari SR021 yang mencapai Rp 24,22 triliun.
Baca Juga: Bunga SRBI Naik, Pasar SBN Tetap Menarik
Lionel berpendapat bahwa ada kemungkinan dana tabungan ritel kelas menengah sudah menurun digerogoti pelemahan daya beli. Dus, berdampak negatif ke penerbitan ORI. Karenanya untuk penerbitan ST013, Lionel memproyeksikan penyerapan akan berkisar di Rp 18 triliun - Rp 22 triliun.
Di samping itu, dia juga berpendapat bahwa penerbitan SBN Ritel di tahun 2025 tetap semarak. Maklum, tahun depan banyak surat utang pemerintah yang jatuh tempo.
"Masih, karena gross issuance tahun depan bisa Rp 1.300 triliun," tutup Lionel.
Berdasarkan data Pefindo, tahun depan terdapat Rp 722,5 triliun surat utang akan jatuh tempo. Sebesar 81,75% berdenominasi rupiah; 10,64% berdenominasi dolar dan sisanya berdenominasi yen dan euro.
Selanjutnya: Indonesia Considers Importing 1 Million Tons of Rice from India Next Year
Menarik Dibaca: Cara Aktifkan Mode Tamu di Android untuk Melindungi Privasi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News