kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

S&P pangkas prospek Bank Mandiri, BRI dan BNI jadi negatif (up date)


Rabu, 29 April 2020 / 21:44 WIB
S&P pangkas prospek Bank Mandiri, BRI dan BNI jadi negatif (up date)
ILUSTRASI. Ratings agency Standard & Poors building is seen in New York's financial district, December 8, 2011.REUTERS/BRENDAN MCDERMID


Reporter: Barly Haliem | Editor: Harris Hadinata

Saham BMRI turun 150 poin atau -3,61% menjadi Rp 4.000 per saham. Harga saham BBRI turun 10 poin atau -0,39% menjadi Rp 2.580 per saham. Adapun harga saham BBNI turun 60 poin atau -1,57% menjadi Rp 3.760 per saham. 

Proyeksi ekonomi Indonesia dari S&P

Pada saat bersamaan, perbankan menghadapi tekanan ekonomi akibat turunnya konsumsi masyarakat. Turunnya belanja masyarakat itu berkaitan dengan penerapan pembatasan sosial atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah wilayah.

Padahal selama ini konsumsi masyarakat menyumbang hampir 60% terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Alhasil, penurunan konsumsi akan menekan laju pertumbuhan ekonomi dan mengganggu bisnis perbankan. “Kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melambat menjadi 1,8% pada 2020, dibandingkan dengan 5% pada 2019, ” kata S&P lagi.

S&P Ratings menilai perbankan di Indonesia memang tidak memiliki posisi valuta asing (valas) dalam jumlah yang signifikan, atau dampak langsung depresiasi rupiah terhadap dolar AS tidak terasa signifikan.

Hanya saja, risiko kurs tetap mengintai perbankan Indonesia mengingat penyaluran kredit perbankan ke perusahaan-perusahaan yang sangat tergantung pada pendanaan asing.

"Kami melihat eksposur bank-bank di Indonesia terhadap (kredit sektor) usaha kecil dan menengah (UKM), komoditas, dan peminjam korporasi tanpa lindung nilai (hedging) dengan pinjaman dolar AS menjadi sangat berisiko," tulis S&P.

Sektor UKM juga cenderung berada di bawah tekanan karena menghadapi pendapatan yang turun dan likuiditas yang lemah. "Kami melihat kualitas aset bank di Indonesia memburuk, biaya kredit meningkat, dan profitabilitas menurun."Karena itu, kami merevisi tren risiko ekonomi untuk industri perbankan Indonesia menjadi Negatif dari Stabil," tulis paparan S&P.




TERBARU

[X]
×