kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45909,31   7,91   0.88%
  • EMAS1.354.000 1,65%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

S&P pangkas outlook Indonesia, bagaimana dampaknya ke pergerakan IHSG?


Senin, 20 April 2020 / 05:25 WIB
S&P pangkas outlook Indonesia, bagaimana dampaknya ke pergerakan IHSG?


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga pemeringkat Standard and Poor's (S&P) menurunkan outlook utang Indonesia dari sebelumnya stabil menjadi negatif. Pada Jumat (17/4), S&P memberi rating BBB/A-2 seiring dengan depresiasi nilai tukar rupiah dan beban utang dalam beberapa tahun ke depan akibat kebijakan fiskal dalam menghadapi pandemi corona (Covid-19).

Selain itu, S&P juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi domestik tahun ini hanya 1,8%, yang akan menjadi tingkat pertumbuhan ekonomi terendah sejak 1999.

Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada menilai pemangkasan outlook oleh S&P ini menambah daftar sentimen negatif yang menerpa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Baca Juga: Moody's kaji pangkas peringkat obligasi dijamin AS senilai US$ 22 miliar

Namun menurut Reza, pelaku pasar sudah sudah terbiasa (price in) dengan kondisi sekarang, dimana pelaku pasar akan menerima penilaian dari S&P tersebut.

“Efeknya akan membuat pasar turun tetapi hanya sementara dan tergantikan dengan sentimen lainnya,” ujar Reza kepada Kontan.co.id, Minggu (19/4).

Reza menilai wajar apabila S&P menurunkan outlook utang jangka panjang Indonesia. Sebab, Negara bisa membayar surat utang (obligasi) ketika ada pendapatan yang masuk. Sementara saat ini, pendapatan dan pemasukan nasional sedang berkurang dan akan lebih fokus untuk menangani corona.

“Pasti pembayaran obligasi akan cenderung tertahan. Itulah akibatnya yang membuat peringkat utang itu turun,” sambung Reza.

Baca Juga: S&P Pangkas Outlook Indonesia, Untungnya BI Bisa Intervensi di Pasar Primer

Reza juga menilai wajar apabila negara-negara lain mengalami hal yang serupa, dimana pertumbuhan ekonomi akan melambat sehingga membuat mata uang nya terdepresiasi.

Jika tidak ada sentiment Corona, awalnya Reza menilai IHSG sanggup menembus level 6.700 – 6.800. Namun, dengan adanya pendemi, maka proyeksi terhadap IHSG juga akan berubah. Target 6.800 hingga akhir tahun pun masih jauh panggang dari api.

Proyeksi Reza, paling tidak hingga akhir semester I-2020 IHSG masih mampu bertengger di level 6.400- 6.500. Jika target ini tercapai, maka terbuka peluang IHSG akan beranjak ke level 6.600 hingga tutup tahun.

Senada, Direktur Anugerah Mega Investama, Hans Kwee menilai revisi outlook ini bisa menjadi katalis negatif bagi pasar saham tanah air. Penurunan rating ini mencerminkan dua tekanan utama yang sedang dihadapi oleh Indonesia, yakni risiko global dan risiko dalam negeri.

“Kemudian, pemerintah juga menerbitkan surat utang lebih banyak untuk menangani Covid-19. Jadi risiko utang kita meningkat sehingga S&P memberikan outlook negatif,” ujar Hans kepada Kontan.co.id, Minggu (19/4).

Baca Juga: Kata Gubernur BI Perry Warjiyo tentang outlook negatif dari S&P

Ke depan, Hans menilai perkembangan dari pandemi Covid-19 masih menjadi faktor yang akan mempengaruhi S&P dalam menentukan rating Indonesia. Pun begitu dengan proyeksi IHSG hingga akhir tahun. Hans justru mengkhawatirkan bila kasus Covid-19 di dunia sudah turun tetapi justru di Indonesia malah menunjukkan peningkatan. Inilah faktor yang akan menghambat laju IHSG.

Jika Covid-19 bisa cepat berlalu, Hans mengamini IHSG memiliki peluang untuk kembali ke level 6.000. Namun jika jumlah kasus Covid-19 terus bertambah, maka langkah IHSG untuk menuju level 6.000 pun semakin berat.

Di satu sisi, Reza menilai masih ada beberapa katalis positif yang akan mengangkat IHSG ke depan. Mulai dari rilis laporan keuangan emiten hingga pembagian dividen beberapa emiten.

Baca Juga: S&P turunkan outlook utang Indonesia jadi negatif, ini kata Gubernur BI

“Ini seharusnya bisa menjadi katalis positif bagi pasar,” tutup Reza.

Bulan ini saja, sudah ada sekitar 12 emiten yang siap untuk menebar berkah kepada pemegang saham, mulai dari PT Petrosea Tbk (PTRO), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), hingga PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×