Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) ingin memperluas bisnis dengan jalan akuisisi. Saat ini ada lima hingga enam perusahaan yang tengah mereka bidik. Ekspansi tersebut akan dilakukan melalui anak usahanya, PT Semen Indonesia Internasional.
Sekretaris Perusahaan SMGR Agung Wiharto mengatakan, SMGR akan mengambil peluang akuisisi sebanyak mungkin. "Kalau kami suka, bukan berarti kami hanya akan mengambil satu, lalu yang lainnya dibiarkan," ujar dia di Jakarta, Rabu (30/8).
Meski masih merahasiakan perincian akuisisinya, Agung memastikan perusahaan yang diakuisisi masih bergerak di industri semen. SMGR memang ingin fokus di bisnis intinya. Nantinya, dana untuk akuisisi tidak akan diambil dari anggaran belanja modal SMGR tahun ini yang sebesar Rp 6 triliun. Sebab, dana belanja modal SMGR sudah difokuskan untuk pembangunan pabrik.
Nico Omer Jonckheere, Vice President Research and Analyst Valbury Sekuritas Indonesia, menilai, SMGR masih punya ruang besar untuk mencari pendanaan akuisisi. "Arus kasnya sangat kuat," kata dia menganalisa.
Nico mengatakan, debt to equity ratio (DER) SMGR baru sekitar 0,2 kali. Angka ini masih rendah jika dibandingkan dengan rata-rata DER industri yang mencapai 1 kali. Tapi menurut Nico, akuisisi yang dilakukan SMGR kemungkinan tidak menambah pendapatan perusahaan secara signifikan. "Tujuan akuisisi ini lebih untuk menjaga posisi pangsa pasar," jelas dia.
Menurut Nico, SMGR memang harus memutar strategi melalui ekspansi anorganik. Pasalnya, ruang pertumbuhan organik SMGR makin sempit dengan banyaknya pemain baru. Apalagi, saat ini masih terjadi kondisi kelebihan pasokan alias oversupply, yang turut membuat perang harga di industri semen. Tak pelak, kondisi kelebihan pasokan ini membuat margin SMGR menyusut.
Produk baru
Di tengah persaingan bisnis semen yang ketat, SMGR tidak ingin kehilangan pangsa pasarnya. SMGR tetap berupaya menjadi produsen semen dengan penguasaan pasar nasional terbesar, yakni sekitar 42%. Untuk itu, kini SMGR mulai berinovasi dengan meluncurkan slag cement yang disebut Maxstrength Cement.
Varian baru tersebut merupakan jenis semen slag yang memiliki kekuatan lebih baik dibanding semen konvensional. "Ini pertama di Indonesia," ujar Plt Direktur Utama SMGR Johan Samudra. Produk semen ini diklaim memiliki beberapa kelebihan. Selain lebih kuat, semen jenis ini juga lebih lentur.
Maxstrength juga diklaim jauh lebih tahan terhadap korosi. Sehingga, semen tersebut cocok untuk pondasi bawah tanah seperti jembatan dan konstruksi basah seperti bendungan. "Produk ini bisa menjaga pasar kami dari serbuan pemain baru," jelas Agung.
Maxstrength Cement akan diproduksi menggunakan fasilitas Pabrik Cigading milik Semen Gresik. Target produksinya sekitar 750.000 ton per tahun. Penjualannya saat ini baru sebatas untuk BUMN Karya. Sehingga, produksi Maxstrength Cement disesuaikan dengan permintaan.
Johan optimistis permintaan semen slag di Indonesia bakal terus meningkat. Apalagi Indonesia merupakan negara kepulauan yang juga membutuhkan banyak konstruksi di daerah perairan.
Pada kuartal II-2017, margin laba bersih SMGR turun menjadi 5% dari sebelumnya 11,9% di kuartal I. "Ini menjadi yang terendah karena SMGR memiliki tren margin laba bersih yang selalu di atas 10%," tulis Yuni, Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia, dalam riset 3 Agustus 2017.
Karena itu, ia masih merekomendasikan hold saham SMGR dengan target harga Rp 11.900 per saham. Namun, untuk jangka pendek, Nico merekomendasikan trading sell SMGR dengan rentang support Rp 9.000 dan resistance Rp 9.800 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News