Reporter: Muhammad Julian | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Sky Energy Indonesia Tbk (JSKY) ingin mengalap berkah dari perang dagang China dan Amerika Serikat (AS). Penerapan kebijakan anti-dumping pada produk panel surya asal China oleh Negeri Paman Sam dinilai menjadi katalis positif bagi perusahaan.
Direktur Utama JSKY Christopher Liawan mengatakan, permintaan AS atas produk panel surya di luar China sangat besar di tengah perang antara kedua negara tersebut.
Oleh karenanya, JSKY masih ingin memfokuskan penjualan ekspor ke AS maupun ke target-target pasar eksisting dan belum berencana menjajal target pasar baru.
“(JSKY) masih fokus di pasar eksisting, karena dari situ aja kita masih keteteran terhadap permintaannya, permintaannya sangat besar karena Amerika melakukan (anti) dumping terhadap produk-produk China,” kata Christopher kepada Kontan.co.id (21/7).
Baca Juga: Strategi Sky Energy kejar target kenaikan pendapatan 20% tahun ini
Saat ini, AS memang tengah menjadi salah satu target utama penjualan ekspor JSKY. Porsi kontribusinya mencapai di atas 50% dalam total penjualan ekspor JSKY.
Kontribusi penjualan ekspor dalam total penjualan bersih membesar belakangan ini. Mengintip laporan keuangan perusahaan, kontribusi penjualan ekspor JSKY di kuartal I 2021 mencapai 75,41% dari total penjualan bersih, meningkat dari porsi kontribusi di kuartal I 2020 yang sebesar 65,84%.
Adapun porsi kontribusi penjualan ekspor dalam total penjualan bersih JSKY di sepanjang tahun 2020 berjumlah sebesar 39,23%.
Dengan adanya permintaan yang tinggi di AS maupun di pasar-pasar lainnya dan juga perbaikan perekonomian global, Christopher optimistis JSKY bisa mencatatkan pertumbuhan kinerja di paruh kedua tahun ini.
Optimisme ini juga berdasar pada kinerja top line di sepanjang April-Juni 2021 yang menurut catatan Christopher mengalami pertumbuhan kurang lebih 20% dibanding April-Juni tahun lalu.
Christopher tidak menampik, kinerja keuangan JSKY memang sempat menurun di tiga bulan pertama tahun ini. Hanya saja, penurunan kinerja tersebut menurut Christopher lantaran kinerja JSKY pada Januari-Maret 2020 belum dipengaruhi oleh pandemi Covid-19.
Mengintip laporan keuangan interim perusahaan, JSKY membukukan penjualan neto sebesar Rp 57,18 miliar, turun 36,23% dibanding realisasi penjualan neto kuartal I 2020 yang mencapai Rp 89,67 miliar.
Seiring dengan penurunan kinerja top line, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih JSKY menyusut 91,03% secara tahunan atawa year-on-year (yoy) dari semula Rp 5,36 miliar di kuartal I 2020 menjadi Rp 481,53 juta. “Kuartal pertama tahun lalu kita kan belum mengalami pandemi (Covid-19),” ujar Christopher.
Baca Juga: Laba Bersih JSKY di 2020 Anjlok 59,79%, Tahun Ini Pede Bisa Tumbuh Hingga 30%
Hingga tutup tahun nanti, JSKY mengejar target pertumbuhan penjualan bersih sekitar 20% untuk tahun buku 2020.
Sebagai pembanding, mengutip laporan keuangan tahunan perusahaan, JSKY membukukan penjualan neto Rp 200,25 miliar dengan laba neto tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 6,97 miliar di tahun 2020.
Dus, berdasarkan hitungan kasar Kontan.co.id, penjualan neto JSKY bakal mencapai sekitar Rp 240,31 miliar andaikata target pertumbuhan 20% berhasil dicapai.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News