Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Diversifikasi aset dalam berinvestasi sangat penting untuk meminimalisir risiko. Inilah yang menjadi pegangan Siswa Rizali, Head of Investment PT AAA Asset Management dalam berinvestasi.
Pria yang akrab dipanggil Rizal ini memahami bahwa, melakukan manajemen aset investasi sangat penting saat menanamkan dana. Karena itulah, ia pun menyebar aset di beberapa instrumen. Awal mulanya, ia meletakkan aset pada saham. Rizal menjajal saham dan mulai meyukai trading saham semenjak menamatkan pendidikan di perguruan tinggi. Sayangnya, ketika krisis moneter terjadi di Indonesia pada tahun 1998, portofolio sahamnya memerah.
Ia pun mengambil jeda dan berhenti melakukan trading di saham. Pada tahun 2002, saat pasar modal kembali bergairah, Rizal melanjutkan kegiatan trading saham yang sempat beberapa waktu terhenti.
Tapi, pada akhirnya, ia merasa trading saham menguras waktu dan energinya. Akhirnya, ia memutuskan untuk menyebar asetnya ke beberapa instrumen. "Saya beralih ke instrumen lain, supaya tidak stres," ujar Rizal separuh bergurau.
Kini, ia meletakkan aset di beberapa instrumen seperti properti, pasar uang, saham dan emas batangan. Ada alasan khusus Rizal memilih aset-aset itu. Properti, misalnya, ia anggap aman. Aset pertamanya adalah rumah yang sekaligus ditempati keluarganya. Dia yakin, harga properti bakal terus naik. "Aset properti cukup baik untuk investasi jangka panjang," jelasnya.
Return nomor dua
Sementara di saham, ia masih yakin akan prospek pasar modal di Indonesia. Namun, Rizal selektif memilih saham. Dia mencari saham-saham berkapitalisasi besar. Baginya, ada dua kriteria utama dalam pemilihan saham, yakni fundamental dan valuasi. Saham yang baik adalah saham yang kinerja fundamentalnya tetap tumbuh dan valuasinya masih terjangkau.
Dia mencontohkan, saham PT Semen Indonesia Tbk (SMGR). Selain rajin membagi dividen, secara valuasi dan fundamental, saham SMGR terbilang bagus.
Dia tak ingin banyak meramal return yang bisa didapat dari investasi. Soalnya, return yang tinggi pasti diikuti risiko yang tinggi pula. "Kita tidak pernah tahu arah pasar akan bergerak ke mana. Jadi fokusnya adalah lebih disiplin dalam alokasi aset. Target return adalah nomor dua," jelasnya.
Nah, memiliki dana kas yang besar juga tidak kalah penting. Dana kas bisa menjadi pertahanan di saat pasar bergejolak. Dana kas yang besar akan memudahkan investor untuk menambah alokasi aset ketika saham murah. Makanya, dia menempatkan portofolio sebesar 30% di pasar uang.
Di instrumen pasar uang itu, Rizal pun menyebar investasinya. Dia tidak hanya menaruh dana di deposito, tetapi juga di instrumen valuta asing (valas). Strategi ini dinilai mampu mengimbangi pertumbuhan portofolionya.
Di saat pasar saham tidak kondusif, semisal, Rizal akan memperbesar aset di pasar uang. Begitupun sebaliknya. "Jadi ketika ada kerugian di satu aset, tetap ada pertumbuhan di aset lainnya," tutur pria kelahiran Banda Aceh, 28 April 1973 ini.
Instrumen emas pun tak kalah menarik. Logam kuning ini dipercaya sebagai penopang ketika ekonomi melambat. Secara historis, harga emas biasanya akan naik saat kondisi ekonomi dalam negeri atau global memburuk.
Inflasi yang terus meningkat tidak bisa dilawan hanya dengan mengandalkan pendapatan. "Maka itu, sangat penting untuk berinvestasi untuk mempertahankan daya beli," kata dia memberi saran.
Untuk pemula, Rizal menyarankan agar memilih investasi reksadana atau emas. Keduanya cukup aman dikoleksi untuk investasi jangka panjang. n
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News