kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Simak tips Benny Tjokro saat pasar saham volatile


Minggu, 03 Juni 2018 / 19:47 WIB
Simak tips Benny Tjokro saat pasar saham volatile
ILUSTRASI. Benny Tjokrosaputro


Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski pasar masih volatil, Benny Tjokrosaputro, nvestor saham kelas kakap yang juga merupakan direksi dari berbagai perusahaan yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini mengatakan bahwa membeli saham buatnya tak ada batasan blue chip maupun second liner.

"Pada dasarnya saya suka perusahaan yang murah dengan PER yang kecil, kalau bisa sih blue chip," kata Benny, Kamis (31/5). Selain PER, hal paling penting yang menjadi pertimbangan Benny dalam membeli saham adalah fundamental perusahaan yang menurutnya menjadi hal yang harus dicermati dalam membeli saham.

Beberapa sektor juga menjadi menarik dengan melemahnya rupiah seperti perusahaan yang memiliki basis ekspor komponen. Selain itu, beberapa saham yang berada di sektor konsumer juga menurutnya masih punya kesempatan yang menarik.

"Namun yang terdiskon paling banyak adalah saham-saham di sektor properti," imbuh Benny. Ia mencontohkan saham milik PT Intiland Development Tbk (DILD) misalnya yang hanya memiliki kapitalisasi pasar sekitar Rp 3 triliun. Padahal jika dihitung-hitung, satu proyek DILD memiliki investasi yang lebih dari itu.

Dengan berkaca pada hal tersebut, Benny meyakini bahwa potensi upside di sektor-sektor properti masih ada. Ia juga mengatakan bahwa untuk berinvestasi di bidang properti, segmen yang dilirik harus benar. Jika saat ini properti yang mengincar menengah ke bawah yang berhasil membukukan pra penjualan yang bagus, investor musti mencari saham properti yang seperti itu.

Menurut Benny, banyak emiten yang sudah terdiskon harga sahamnya sehingga bisa menjadi saat bagi investor untuk rebalancing. Meski demikian, kebanyakan investor justru takut melakukan rebalancing saat banyak saham yang sudah terdiskon, ujung-ujungnya investor biasanya justru panik. "Nah, banyaknya orang nervous ini malah justru bisa jadi kesempatan untuk masuk," kata Benny.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×