Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) sudah menyiapkan sejumlah agenda bisnis untuk tahun depan, salah satunya angka produksi batubara.
Direktur Bumi Resources R.A. Sri Dharmayanti menjabarkan, anak usaha BUMI yakni PT Kaltim Prima Coal (KPC) akan memproduski 61 juta ton batubara, sementara Arutmin Indonesia (AI) diperkirakan memproduksi 29 juta ton batubara. “Sehingga total keseluruhan produksi 90 juta ton,” terang Dharmayanti saat paparan publik yang digelar secara virtual, Selasa (14/12).
Adapun harga batubara yang masih bertahan di atas level US$ 100 per ton hingga saat ini menjadi berkah bagi BUMI untuk menghasilkan keuntungan. Tahun depan, BUMI meyakini harga batubara masih menjanjikan.
Baca Juga: Kebutuhan batubara dunia akan melandai pada 2026, bagaimana industri menyikapinya?
BUMI memproyeksikan tahun depan harga batubara sekitar US$ 140 per ton sampai US$ 160 per ton. Proyeksi ini disokong oleh sejumlah katalis, seperti masih baiknya permintaan dari China dan India seiring dengan kasus Covid-19 yang mulai tertangani. Selain itu, harga gas alam cair (LNG) juga masih cukup tinggi, yakni di atas level US$ 30. Hal ini akan mendorong pembangkit listrik untuk beralih menggunakan batubara.
BUMI melalui KPC dan Arutmin akan memanfaatkan momentum tersebut , didukung oleh kontraktor tambang yang andal, sehingga bisa mendukung target kinerja yang diharapkan.
Untuk tahun ini, produksi diperkirakan berada di rentang 80 juta ton sampai 82 juta ton, dengan harga jual sebesar U$$ 68 per ton sampai US$ 72 per ton. Estimasi biaya produksi sebesar US$ 33 sampai US$ 35 per ton, menjadikan BUMI sebagai salah satu perusahaan tambang batubara dengan biaya produksi terendah.
KPC akan mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) senilai US$ 9,8 juta. Sementara capex Arutmin sebesar US$ 3,5 juta.
Baca Juga: Bumi Resources (BUMI) Tunjuk Boston Consulting untuk Bantu Restrukturisasi Utang
Hingga akhir September 2021, emiten tambang terafiliasi Grup Bakrie ini telah menjual 58,8 juta ton batubara, menurun 2% dari realisasi penjualan di periode yang sama tahun lalu yang mencapai 60,0 juta ton. China dan India adalah pasar ekspor utama BUMI, dengan porsi masing-masing 33% dan 12%, disusul oleh penjualan ke Jepang (8%), Filipina(4%), Taiwan (4%), dan Malaysia, Korea Selatan, Brunei Darussalam masing-masing 2%. Sedangkan penjualan ke pasar domestik mencapai 32% dari total penjualan atau sekitar 19 juta ton.
Sementara itu, produksi juga menurun sebesar 3%, dari semula 60,7 juta ton menjadi 58,8 juta ton per akhir kuartal ketiga 2021. Penurunan ini utamanya akibat curah hujan yang cukup tinggi.
BUMI cukup menikmati berkah kenaikan harga batubara. Hal ini tercermin dari kinerja per kuartal ketiga 2021. BUMI membukukan laba bersih senilai US$ 243,3 juta hingga akhir September. Realisasi ini berbalik dari kondisi rugi bersih US$ 94,1 juta pada periode yang sama tahun lalu.
Dari sisi topline, BUMI mengantongi pendapatan US$ 666,18 juta, naik 13,31% dari pendapatan di periode yang sama tahun lalu yakni sebesar US$ 587,88 juta.
Baca Juga: BUMI Bidik Produksi 90 Juta Ton Batubara di Tahun 2022
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News