Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Adaro Energy Tbk (ADRO) sudah menyiapkan sejumlah strategi jangka menengah dan panjang untuk menghadapi volatilitas pada sektor batubara. Hal itu terjadi saat bauran energi baru terbarukan (EBT) semakin masif dilaksanakan.
Salah satu strategi yang sudah dilakukan Adaro saat ini adalah melakukan diversifikasi bisnis. Melalui salah satu pilar bisnisnya, PT Adaro Power, ADRO menjalankan bisnis non batubara yakni pembangkit listrik dari sumber terbarukan.
Wakil Presiden Direktur Adaro Power Dharma Djojonegoro mengatakan, Adaro terus mengembangkan bisnis non batubara untuk mendapatkan dasar penghasilan yang lebih stabil dan mengimbangi volatilitas sektor batubara.
"Sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan pembangkit listrik dari sumber terbarukan, Adaro Power secara aktif mencari proyek tenaga terbarukan untuk mendapatkan bauran energi yang seimbang dalam portofolionya," kata dia kepada Kontan.co.id, Selasa (27/7).
Baca Juga: Harga batubara lanjutkan tren positif, ini rekomendasi analis untuk saham ADRO
Dharma menambahkan, Adaro Power terus mempelajari proyek-proyek tenaga terbarukan, misalnya biomassa, tenaga angin, dan panel surya, untuk mendiversifikasikan bauran energinya dan mendukung PLN melalui prakarsa proposal dan tender.
Pada kuartal I-2021, pembangkit listrik Adaro Energy mencapai kinerja yang solid. PT Makmur Sejahtera Wisesa (MSW) mencapai availability factor (AF) aktual rata-rata 99,5% sampai akhir 1Q21. Sementara itu, PT Tanjung Power Indonesia (TPI) melanjutkan kinerja operasi yang sangat baik dan mencapai AF aktual rata-rata 98%.
Adapun PT Bhimasena Power Indonesia telah mencapai progres konstruksi 95,3% untuk pembangkit listrik 2x1,000 MW di Batang, walaupun beberapa komponen kritis tertentu masih harus diselesaikan.
Adaro Power juga mencatat kemajuan dalam rencana ekspansi kapasitas panel suryanya di Terminal Khusus Batubara Kelanis, yang direncanakan untuk ditingkatkan dari 130 kWp menjadi 597 kWp. Batch pertama peralatan ini diperkirakan akan tiba di lokasi di bulan Mei, dengan COD yang ditargetkan pada bulan November 2021.
Head of Corporate Communication Division Adaro Energy, Febriati Nadira menambahkan, ke depannya penambangan batubara terus menjadi DNA Adaro Energy dan akan tetap menjadi kontributor signifikan bagi kinerja perusahaan.
"Kami memiliki portofolio produk yang lengkap mulai dari batubara termal dengan kalori rendah hingga batubara kokas keras dengan aset yang berlokasi di Sumatra, Kalimantan dan Australia," ujarnya.
Febrianti menegaskan, Adaro memiliki model bisnis yang terintegrasi dan efisien dan telah terbukti sukses dalam menghadapi siklis batubara dan terus memberikan kontribusi yang stabil kepada Adaro Energy serta menjadi penyeimbang volatilitas batubara .
Lebih lanjut, ADRO akan terus mengembangkan bisnis non-batubara. Pasalnya, bisnis non-batubara melindungi perusahaan dari volatilitas harga batubara. Pada tahun 2020, kontribusi EBITDA dari non-batubara sekitar 45%.
Selanjutnya: Harga IPO Rp 850 per saham, nilai IPO Bukalapak terbesar dalam sejarah BEI
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News