Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Yudho Winarto
Strategi lainnya, adalah mendorong penjualan klinker di mana pada 2018 jumlah penjualannya meningkat hingga 47,6%. Ditambah lagi, dengan kebijakan pemerintah yang membatasi impor klinker membuat produksi klinker Tanah Air bisa diserap dengan baik.
Upaya lain yang dilakukan INTP yakni dengan integrasi vertikal di bidang beton siap pakai dan agregat. Haparannya, ini mampu memperkuat juga bisnis beton siap pakai, terutama yang memiliki kualitas tinggi, demi memenuhi permintaan proyek infrastruktur.
Sementara itu, dari sisi efisiensi, INTP juga meningkatkan penggunaan bahan bakar alternatif. Ini dilihat dari perjanjian INTP dengan pemerintah Jabar September 2018 untuk membeli 500 ton Refuse Derived Fuel (RDF), sebagai hasil pengolahan dari 1.500 ton sampah masyarakat.
Analis Panin Sekuritas William Hartanti menilai, saat ini tidak semua saham semen bergerak bersamaan. Di mana saham SMBR sedang koreksi dengan level support Rp 1.300. Sebaliknya, saham SMGR dan INTP cenderung masih baik.
"Untuk INTP targetnya Rp 22.275 dan SMGR Rp 14.000. Tapi saya masih memandang ini sebagai breakout saja, karena tahun lalu pergerakannya stagnan," ujar William.
Untuk itu, William menilai di saat saham-saham lain sudah menguat signifikan, maka akan ada aksi ambil untung dan perpindahan dana pada saham yang belum naik.
Selain itu, dia juga mengaku belum menemukan sentimen penggerak untuk industri semen sampai sejauh ini. "Rekomendasinya, untuk SMGR dan INTP bisa buy, sedangkan SMBR bisa wait and see dulu," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News