Reporter: Rilanda Virasma | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup anjlok 1,21% ke level 7.736,06 pada akhir perdagangan Senin (1/9/2025).
Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana mencermati, koreksi IHSG terjadi di tengah penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Sentimen yang mempengaruhi pelemahan IHSG datang dari tensi demonstrasi yang kian memanas. Di akhir pekan lalu saja, sejumlah kelompok tampak menjarah rumah-rumah pejabat pemerintah.
Baca Juga: IHSG Melorot 1,21% ke 7.736 pada Senin (1/9/2025), ARTO, KLBF, MAPA Top Losers LQ45
Beberapa mall di Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya pun sempat membatasi jam operasionalnya di akhir pekan lalu. Hari ini, sejumlah wilayah juga menerapkan kegiatan belajar mengajar jarak jauh. Di saat yang sama, perusahaan swasta maupun instansi pemerintah turut menerapkan work from home (WFH) atau bekerja dari rumah.
“Hal tersebut turut membebani pergerakan IHSG, di mana emiten-emiten big caps dan secara sektor IDX Financial dan IDX Infra juga terkoreksi cukup dalam,” ujar Herditya saat dihubungi Kontan, Senin (1/9/2025).
Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas, Alrich Paskalis Tambolang mengamati, mulai terjadi bargain hunting pada saham-saham yang turun dalam. Kenaikan harga emas global juga katanya turut mendorong pembelian pada saham-saham komoditas emas.
Secara teknikal, lanjut Alrich, indikator MACD dan Stochastic RSI belum menunjukkan tanda-tanda pembalikan arah. Namun, Stochastic yang berada di area oversold dan adanya akumulasi beli di level support mengindikasikan potensi terjadinya technical rebound.
“Namun peluang rebound akan terkonfirmasi jika IHSG mampu bertahan di atas level 7.780 sehingga diperkirakan IHSG masih akan berfluktuasi,” ucap Alrich.
Baca Juga: IHSG Terkoreksi 1,21% pada Awal September, Saham Big Banks Kompak Melemah
Dus, dia memprediksi level support IHSG pada Selasa (2/9/2025) berada di 7.550 dan resistance 7.780.
Sementara itu, Herditya menaksir IHSG bakal bergerak di rentang support 7.659 dan resistance 7.800 pada Selasa (2/9/2025). Sentimennya menurut Herditya masih akan disetir kondisi politik domestik.
Alrich menambahkan, IHSG masih akan terbantu oleh indikator ekonomi domestik yang dinilainya masih solid, seperti tercermin pada indeks PMI Manufacturing yang naik dari 49,2 ke 51,5.
“Ini merupakan level tertinggi sejak Maret 2025 dan memasuki area ekspansi untuk pertama kalinya setelah selama lima bulan berada di area kontraksi,” ujar Alrich.
Selain itu, neraca perdagangan bulan Juli 2025 juga tercatat masih surplus US$ 4,18 miliar dari sebelumnya US$ 4,11 miliar.
Adapun, angka inflasi bulan Agustus 2025 terpantau melambat menjadi 2,31% secara tahunan (YoY) dari sebelumnya 2,37% YoY, seiring dengan adanya deflasi sebesar 0,08% secara bulanan (MoM). “Laju inflasi ini masih dalam kisaran target Bank Indonesia yang sebesar 1,5% YoY-3,5% YoY,” imbuh Alrich.
Dus, Alrich menyarankan investor untuk mencermati saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), PT Rukun Raharja Tbk (RAJA), dan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR).
Sementara itu, Herditya merekomendasikan saham PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) di rentang support Rp 1.520 dan resistance Rp 1.585, saham PT Merdeka Battery Materials Tbk (MDKA) di Rp 430 dan Rp 462, dan saham PT Humpuss Maritim Internasional Tbk (HUMI) Rp 190 dan 200 per saham.
Selanjutnya: Investor Masih Ragu, Indeks Kembali Tersungkur
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News