Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan harga komoditas, khusunya batubara yang terus terjadi, diperkirakan masih menekan kinerja emiten semen hingga akhir tahun ini.
Analis RHB Sekuritas Andrey Wijaya menilai, kenaikan harga batubara kemungkinan masih tetap akan menekan laba emiten semen, terutama perusahaan semen yang tidak bisa membeli batubara dengan harga domestic market obligation (DMO).
Di sisi lain, sejumlah emiten mulai menaikkan harga jual untuk mengimbangi kenaikan harga bahan bakar. Misalkan, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) yang mulai melakukan kenaikan harga jual semen secara bertahap sejak awal tahun.
Akibatnya, di beberapa area penjualan, kenaikan harga INTP ini mendapatkan reaksi yang negatif terhadap pertumbuhan volume penjualan semen.
Kenaikan ini berdampak pada penurunan volume penjualan INTP. Penjualan INTP dalam tujuh bulan pertama 2022 sekitar 8,7 juta ton. Capaian tersebut menurun 3% dibanding dengan pencapaian periode yang sama tahun lalu.
Baca Juga: Pelindo dan Semen Indonesia Kerja Sama Perkuat Sinergi Bisnis
Namun, Andrey menilai volume penjualan semen kemungkinan akan membaik di semester kedua. “Tetapi, kenaikan volume penjualan kemungkinan belum bisa sepenuhnya menutupi kenaikan biaya energi,” terang Andrey kepada Kontan.co.id, Minggu (10/9)
Sementara itu, analis CGS CIMB Sekuritas Bob Setiadi menyebut, PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dapat memperoleh alokasi DMO batubara yang lebih tinggi. Sehingga, margin EBITDA emiten pelat merah ini diperkirakan akan tetap stabil di level 23,1% pada tahun ini, dari sebelumnya 23,2% pada tahun lalu.
Sementara itu, margin EBITDA milik INTP diperkirakan bisa turun menjadi 16,1% hingga akhir tahun 2022, dari sebelumnya 21,4% pada 2021
Asal tahu, kenaikan harga jual rerata alias average selling price (ASP) yang telah dilakukan dua emiten besar Ini telah menggerus pangsa pasar SMGR dan INTP dalam jangka pendek.
“Tetapi pangsa pasar mereka (INTP dan SMGR) seharusnya dapat pulih secara bertahap karena pemain semen Tier-2 telah ikut menaikkan (harga jual),” terang Bob.
Sebagai gambaran, harga batubara menekan kinerja keuangan sejumlah emiten semen sepanjang semester pertama 2022. Salah satu emiten yang terdampak adalah INTP.
Emiten produsen semen merek Tiga Roda ini membukukan laba bersih Rp 291,54 miliar di semester pertama 2022. Realisasi ini menurun 50,3% dari laba bersih yang diraup Indocement pada periode yang sama tahun lalu.
Salah satu penekan kinerja INTP adalah naiknya beban-beban. Beban pokok pendapatan misalnya, pada semester pertama 2022 naik 12,5% dari semula Rp 4,57 triliun menjadi Rp 5,14 triliun.
Kenaikan beban pokok ini disebabkan oleh kenaikan biaya energi, terutama dari melonjaknya harga batubara dan harga bahan bakar minyak (BBM) Industri. Akibatnya, marjin laba bruto turun menjadi 25,6% di semester pertama 2022 dari sebelumnya 31,4%
Antonius Marcos, Direktur & Corporate Secretary INTP mengatakan, untuk mengurangi biaya energi, INTP terus meningkatkan pemakaian konsumsi bahan bakar alternatif dari semula 12,2% pada akhir 2021 menjadi 17,6% pada Juni 2022, termasuk peningkatan penggunaan batubara berkalori rendah atau low calorific value (LCV) dari 88% menjadi 90%.
Senada, Direktur Utama PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB) Lilik Unggul Raharjo mengatakan, krisis energi berkepanjangan sejak tahun 2021, masih terus membayangi kinerja industri semen.
Meskipun pemerintah telah mengeluarkan kebijakan harga batubara DMO dampak kenaikan harga batubara sejak tahun 2021 masih membebani industri semen untuk tetap mempertahankan kinerja yang positif.
Di sisi lain, harga saham emiten semen juga ikut loyo. Misal, harga saham SMGR yang sejak awal tahun menurun 8,97%. Pun demikian dengan INTP, SMBR, dan SMCB yang masing-masing terkoreksi sebesar 20,45%, 19,68%, dan 8,28%.
Baca Juga: Indocement (INTP) Optimistis Penjualan Membaik di Sisa Tahun Ini
Bob menilai, sebagian besar pelaku pasar telah mempertimbangkan (memasang sikap priced in) terhadap kenaikan harga batubara dan persaingan yang meningkat. CGS CIMB Sekuritas memperkirakan margin EBITDA sektor semen akan turun di tahun ini, berada pada level 21%. Namun, EBITDA sektor semen diperkirakan pulih lebih cepat dari ekspektasi konsensus, menjadi sebesar 25,6% pada tahun 2025.
Pulihnya EBITDA didukung oleh penurunan harga batubara, yang diperkirakan akan menurun hingga level US$ 143 per ton pada 2025. EBITDA sektor semen juga pulih akibat meningkatnya utilitas plant dan deleveraging yang dilakukan SMGR
CGS CIMB Sekuritas menjadikan saham SMGR sebagai top picks. Sebab, emiten pelat merah ini memiliki valuasi yang menarik serta profil pendapatan yang lebih baik. Bob merekomendasikan add saham SMGR dengan target harga Rp 10.100. Untuk INTP, Bob merekomendasikan add sahamnya dengan target harga Rp 11.300.
Sementara itu, RHB Sekuritas mempertahankan rekomendasi trading buy saham INTP dengan target harga Rp 12.700. Selain kinerja yang akan meningkat di paruh kedua 2022, INTP juga sudah mendapatkan batubara dengan harga DMO.
Andrey memperkirakan pertumbuhan permintaan semen akan berlanjut di sisa tahun ini, seiring dengan percepatan pengeluaran anggaran pemerintah, dibarengi proyek ibu kota negara (IKN) yang kemungkinan juga akan dimulai pada akhir tahun 2022.
Penjualan semen kantong kemungkinan juga akan meningkat, karena kesenjangan harga antara INTP dan pemain lain mulai normal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News