kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Simak Rekomendasi Saham Emiten Big Caps, Ini Katalis Pendorongnya


Senin, 05 Agustus 2024 / 08:20 WIB
Simak Rekomendasi Saham Emiten Big Caps, Ini Katalis Pendorongnya
ILUSTRASI. Bursa efek indonesia IHSG diproyeksikan menguat, ini rekomendasi saham untuk perdagangan Senin (15/6).KONTAN/akhmad suryahadi


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Sejumlah emiten berkapitalisasi pasar besar alias big caps sudah merilis laporan keuangannya di semester I 2024. Beberapa mencatatkan kinerja yang baik di paruh pertama tahun ini.

Melansir laman BEI, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menduduki urutan pertama emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar, yaitu Rp 1,25 triliun. BBCA mengantongi laba bersih Rp 26,9 triliun pada semester I 2024, naik 11,1% secara tahunan alias year on year (yoy).

PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) mencatatkan pertumbuhan laba bersih 0,53% YoY menjadi US$ 57,95 juta pada semester I-2024. Pendapatan BREN mengalami penurunan 2,32% YoY ke US$ 290,07 juta hingga periode 30 Juni 2024.

Pendapatan PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) anjlok 19,34% YoY dari US$ 1,07 miliar menjadi US$ 866,49 juta pada semester I-2024. Secara bottom line, rugi bersih TPIA meroket 7.999,65% YoY menjadi US$ 47,46 juta pada semester I-2024. 

PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) mencatatkan kenaikan pendapatan 166,76% YoY menjadi US$ 1,54 miliar. Sedangkan, laba bersih AMMN terbang 300% YoY dari US$ 118,80 juta ke level US$ 475,25 juta. 

Baca Juga: TPIA Menggeser AMMN, Ini Deretan Saham-Saham Big Caps Per Jumat (2/8)

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mencatat laba bersih konsolidasian sebesar Rp 29,7 triliun pada semester pertama tahun 2024, naik 0,95% YoY. Sementara, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) mencatatkan laba bersih Rp26,6 triliun pada semester I 2024.

PT Bayan Resources Tbk. (BYAN) membukukan pendapatan US$1,53 miliar pada semester I 2024, turun 24,78% YoY. Laba bersih juga turun 47,95% YoY ke US$376,76 juta pada semester I 2024.

Laba bersih PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) turun 7,80% YoY ke Rp 11,76 triliun di akhir Juni 2024. Dari sisi top line, Telkom berhasil meraup pendapatan sebesar Rp 75,29 triliun per 30 Juni 2024, tumbuh 2,47% YoY.

PT Bank Negara Indonesia (BBNI) mencatatkan laba bersih bank only Rp8,6 triliun pada periode Januari-Mei 2024, naik 2% YoY.

Kinerja PT Astra International Tbk (ASII) masih loyo. ASII mencatatkan laba bersih sebesar Rp 15,85 triliun di semester I 2024, turun 9,12% YoY. Pendapatan ASII juga melorot 1,49% YoY ke Rp 159,96 triliun.

Emiten big caps lain yang sudah mengeluarkan laporan keuangan di semester I adalah ICBP, BRIS, AMRT, BRPT, UNTR, DCII, dan CUAN.

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus mengatakan, dari sejumlah emiten big caps, hanya BBCA dan BMRI yang perolehan laba bersih di semester I 2024 ini sesuai dengan ekspektasi pasar. Dari sisi perolehan Net Interest Income (NII), BBCA, BBRI, dan BMRI tercatat masih baik.

“Penyaluran kredit juga masih didominasi oleh BBCA dan BMRI. Sehingga, memang peluang untuk menjaga dari sisi kinerja, BBCA dan BMRI masih jauh lebih baik daripada kedua baik lainnya,” ujarnya kepada Kontan, Sabtu (3/8).

Baca Juga: BMRI Naik Paling Tinggi di Deretan Saham Kelas Kakap, Intip Liga Big Caps Terbaru

Dari sektor konsumer, kinerja ICBP dilihat masih sesuai ekspektasi pasar. Hal ini terdorong oleh terjaganya daya beli dan konsumsi saat ini.

“Kinerjanya masih baik, meskipun harga bahan baku mengalami kenaikkan, sehingga laba mengalami penurunan,” paparnya.

Dari sektor pertambangan, kinerja AMMN juga terapresiasi dengan baik akibat penguatan harga tembaga sejak awal semester II 2022. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya permintaan, khususnya dari China.

Permintaan tembaga dari China pun diprediksi bertumbuh sebesar 2,9% YoY untuk tahun 2024. Hal ini terjadi akibat adanya peningkatan pada produksi kendaraan listrik. Diperkirakan, produksi kendaraan listrik di China akan melebihi 10 juta unit pada 2024 atau bertumbuh 30% YoY.

“Meskipun adanya subtitusi ke alumunium, tembaga masih cukup diminati. Sebab, aluminum memiliki risiko yang lebih tinggi, seperti rawan terhadap kebakaran dan sebagainya,” paparnya.

Di semester II, kinerja sejumlah emiten big caps kemungkinan akan ikut terkerek. Sentimen utamanya adalah Pilkada 2024 di akhir tahun nanti.

“Transisi pemerintahan dan pemilihan kabinet juga akan memberikan sentimen positif,” ungkapnya.

Selain itu, potensi penurunan tingkat suku bunga The Fed juga memberikan angin segar untuk Bank Indonesia (BI) untuk dapat memangkas tingkat suku bunga. Hal ini akan mendorong peningkatan penyaluran kredit ke depannya.

“Harga komoditas juga mulai stabil, meskipun permintaannya masih belum cukup kuat,” tuturnya.

Alhasil, kinerja emiten dari sektor finansial, consumer non-cyclical, energi, dan consumer goods diperkirakan yang akan moncer di semester II 2024.

Dari sektor perbankan, Nico merekomendasikan beli untuk BBCA, BBRI, BMRI, dan BBRI dengan target harga masing-masing Rp 11.300 per saham, Rp 5.600 per saham, Rp 7.400 per saham, dan Rp 6.000 per saham.

Dari sektor konsumer, AMRT dan ICBP direkomendasikan beli dengan target harga masing-masing Rp 3.400 per saham dan Rp 13.100 per saham.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta Utama menilai, kinerja para emiten yang tercatat baik di semester I 2024 akan kembali terapresiasi di akhir tahun ini.

“Selain itu, harga saham mereka juga akan semakin terapresiasi hingga akhir tahun,” ujarnya kepada Kontan, Sabtu (3/8).

Sentimen positifnya berasal dari pemulihan ekonomi global dan domestik. Namun, perlu diperhatikan bahwa raihan PDB Indonesia secara historis biasanya akan turun secara kuartalan di kuartal III dan IV.

“Tetapi, sisanya masih positif dan pertumbuhan makroekonomi domestik masih akan stabil hingga akhir tahun 2024,” paparnya.

Nafan pun merekomendasikan maintain buy untuk BBCA dengan target harga terdekat Rp 10.650 per saham.

Rekomendasi accumulative buy diberikan untuk ASII, BBNI, BBRI, BMRI, dan TLKM dengan target harga terdekat masing-masing di Rp 4.640 per saham, Rp 5.150 per saham, Rp 5.050 per saham, Rp 6.750 per saham, dan Rp 3.270 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×