kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Simak Rekomendasi Saham Pilihan di Tengah Persaingan Ketat Top 10 Market Cap


Jumat, 05 Juli 2024 / 05:24 WIB
Simak Rekomendasi Saham Pilihan di Tengah Persaingan Ketat Top 10 Market Cap
ILUSTRASI. para analis memberikan rekomendasi saham di saat rotasi pada top 10 market cap terjadi


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bagai balapan yang saling salip, rotasi di antara saham berkapitalisasi pasar terbesar (top market cap) masih sengit. Saat ini saham big bank tak lagi dominan menguasai jajaran top 10 market cap di Bursa Efek Indonesia (BEI).

PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) berhasil kembali ke puncak dengan market cap senilai Rp 1.391 triliun hingga Kamis (4/7). Sempat terjun, BREN kembali mendaki setelah terbebas dari Papan Pemantauan Khusus yang memakai skema perdagangan Full Call Auction (FCA).

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) membuntuti di posisi runner up dengan market cap Rp 1.199 triliun. Di peringkat ketiga dan keempat, PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) dan PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) saling salip.

Sementara itu, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) anjlok ke rangking lima. Peringkat berikutnya diisi  PT Bayan Resources Tbk (BYAN), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM).

Baca Juga: Manfaatkan Kenaikan IHSG, Asing Banyak Melego Saham-Saham Ini Kemarin

Di posisi sembilan merangsek saham dengan harga termahal di BEI, PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA). Peringkat 10 diisi PT Astra International Tbk (ASII). Sementara salah satu big bank, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) terlempar dari top 10 market caps.

Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan mengamati rotasi top market caps hingga awal semester kedua ini disebabkan oleh dua faktor. Pertama, pelemahan saham big bank yakni BBRI dan BBNI serta saham bluechip konvensional lain seperti TLKM dan ASII.

Secara year to date, keempat saham tersebut mengakumulasi penurunan dengan level double digit. Kedua, secara bersamaan sejumlah saham melonjak signifikan seperti TPIA dan DSSA, serta BREN dan AMMN yang tergolong saham anyar.

Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi menambahkan, rotasi di jajaran top 10 market cap semakin terasa sejak BREN dan AMMN listing pada tahun lalu. Terlepas dari kedua saham itu, rotasi big cap kali ini ikut didorong oleh sentimen ketidakpastian ekonomi dan kebijakan moneter yang masih ketat.

Hal tersebut membuat sejumlah saham terkoreksi, termasuk big cap seperti BBRI, BBNI dan ASII. Apalagi, tekanan juga datang dari pelemahan kurs rupiah dan capital outflow investor asing yang dominan melakukan net sell pada separuh pertama tahun ini.

Valdy mengamini, faktor makro-ekonomi dan kebijakan moneter punya peranan penting terhadap rotasi big cap. Dia mencontohkan BBRI dan BBNI yang memiliki karakteristik lebih riskan terhadap perubahan suku bunga dan nilai tukar.

Baca Juga: Asing Mulai Masuk Bursa, Cermati Saham yang Banyak Dikoleksi, Kamis (4/7)

"Tetapi, dari pengalaman tapering off The Fed dulu, keduanya punya kemampuan memperbaiki atau membalikkan keadaan dalam waktu relatif singkat. Karena memang secara rasio-rasio perbankan, big bank itu relatif solid," kata Valdy kepada Kontan.co.id, Kamis (4/7).

Dampak Terhadap IHSG

Pergerakan saham top 10 market cap ini perlu dicermati lantaran akan menentukan arah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Audi mengamati, secara kapitalisasi pasar bobot dari top 10 saham ini sangat jumbo hingga menyumbang lebih dari separuh total IHSG. "Sehingga perubahannya sangat memengaruhi arah IHSG," tegas Audi.

Merujuk data statistik BEI, total market cap dari 10 saham terbesar itu mencapai Rp 6.837 triliun. Jumlah itu setara dengan 55,10% dibandingkan total market cap saham di BEI senilai Rp 12.407 triliun.

Dus, Pengamat Pasar Modal & Founder WH-Project William Hartanto melihat rotasi saat ini sesuai ekspektasi dan memberikan sinyal positif terhadap IHSG. Ketika ada big cap yang melemah, penguatan di saham big cap lain masih bisa menopang.

"Rotasi yang terjadi sekarang adalah penguatan pada saham-saham big caps," ujar William.

Adapun, IHSG terbang kembali setelah sempat terjun ke level 6.700 di bulan Juni. Saat ini IHSG sedang menuju level psikologis 7.300. Pada perdagangan Kamis (4/7), IHSG menguat 0,34% ke level 7.220,88.

Audi turut melihat penguatan IHSG didorong oleh reboud sejumlah saham big cap. Pelaku pasar tampak mulai mengantisipasi rilis kinerja kuartal II-2024. Selain itu, ada sentimen yang lebih kondusif dari sisi potensi pelonggaran kebijakan moneter yang lebih cepat serta stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

Pandangan optimistis juga dibeberkan oleh DBS Group Research. Dalam Regional Market Focus Semester II-2024 Outlook yang dirilis Kamis (4/7), DBS mengerek naik outlook pasar saham Indonesia dari netral menjadi positif.

 

Riset tersebut menyoroti sejumlah faktor, seperti antisipasi penurunan suku bunga The Fed dan penguatan rupiah di semester kedua. DBS Group menilai berkurangnya tekanan terhadap rupiah dan imbal hasil yang menarik, akan membawa investor asing kembali, setelah aksi jual besar-besaran pada kuartal II-2024.

Faktor lainnya, IHSG memiliki rasio Price per Earnings to Growth (PEG) paling rendah di regional, yakni sebesar 1,1 kali. Sementara yield dividen ada di posisi tertinggi kedua, sedikit di belakang Singapura.

Selain itu, valuasi IHSG juga masih murah dengan diperdagangkan pada -1SD, di bawah kelipatan price to earnings (PE) rata-rata 10 tahunnya. DBS Grop pun memproyeksikan IHSG akan berada di level 7.750 hingga akhir tahun 2024.

Sedangkan dalam jangka waktu yang lebih pendek, Audi memprediksi IHSG akan mencapai resistance 7.275 - 7.340 di akhir bulan Juli. Dorongan untuk IHSG berpotensi datang dari saham big caps seperti big bank, ASII dan TLKM, yang dapat kembali menguat seiring sentimen yang lebih kondusif.

Hanya saja, Audi mengingatkan posisi BREN dan TPIA lebih rawan bergeser lantaran valuasi yang sudah tergolong mahal. William turut melihat kemungkinan saham yang sudah naik tinggi bisa merosot akibat profit taking seperti pada BREN, TPIA, DSSA dan AMMN.

Baca Juga: Ditutup Menguat 0,34%, Besok IHSG Rawan Profit Taking

Sehingga, rotasi di antara saham big cap masih berpotensi terjadi di semester kedua ini. William bahkan melirik saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT) yang punya kemungkinan merangsek ke top 10 market cap jika berhasil mempertahankan tren kenaikannya.

Jika tren naik di jajaran big cap ini berlanjut, maka IHSG bisa kembali ke jalur level 7.400 atau mendekati all time high-nya. Dengan kondisi pasar saat ini, William merekomendasikan trading buy pada saham BBRI, BMRI, TLKM, AMMN dan BRPT.

Sementara Valdy memprediksi empat saham big bank akan kembali mengisi top 10 market cap. Valdy pun menjagokan BBNI, BBRI, BMRI, BBCA dan TLKM. Sedangkan Audi menyematkan rekomendasi buy untuk saham BMRI, BBRI, BBCA, ASII dan TLKM, dengan target harga masing-masing di Rp 6.900, Rp 5.500, Rp 10.600, Rp 5.400 dan Rp 3.750 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×