Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) diperkirakan bisa mencapai pertumbuhan penyaluran kredit di atas 10% hingga akhir tahun 2023. Di mana, BBCA fokus menyalurkan pinjaman untuk segmen konsumer melalui beberapa pameran dagang atau expo.
Kepala Riset Aldiracita Sekuritas Agus Pramono mengatakan, kinerja BCA sejalan dengan perkiraan yang mencetak laba bersih Rp 36,4 triliun hingga kuartal III-2023 atau tumbuh 25,8% YoY.
Realisasi tersebut menunjukkan keberhasilan strategi BCA untuk fokus pada konsumen UKM dan perbankan yang mengantarkan pertumbuhan pinjaman sebesar 12,3%YoY, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan industri sekitar 9%.
“Hasil tersebut membantu meredam dampak tingginya suku bunga,” kata Agus kepada Kontan.co.id, Rabu (8/11).
Pada kuartal ketiga, margin bunga bersih alias Net Interest Margin (NIM) BBCA tetap pada angka 5,5%, meskipun kondisi suku bunga meningkat. Sementara, imbal hasil asetnya turun 3 bps secara kuartalan (QoQ) menjadi 7,3%, dan biaya kredit atau Cost of Fund (CoF) turun sebesar 6 bps hingga 1,23% di kuartal III-2023.
Baca Juga: Sumber Pendanaan BCA dari Non DPK Capai Rp 9,6 Triliun
Pendapatan bunga BCA tumbuh 2,1% QoQ dan naik 19,8% YoY menjadi Rp 22,1 triliun dalam sembilan bulan pertama 2023. Sedangkan beban bunga melonjak 7,2% QoQ.
Menurut Agus, pinjaman kepada segmen konsumer dengan imbal hasil yang lebih rendah melalui BCA Expo dan BCA Fest di semester I-2023 berpengaruh pada pendapatan bunga. Sedangkan, BCA masih bisa menurunkan Cost of Fund (CoF) karena pertumbuhan simpanan bank didukung oleh nasabah ritel.
Adapun pinjaman atau kredit BBCA tumbuh sebesar 4,1% QoQ dan melonjak 12,3% YoY menjadi Rp 765,90 triliun per kuartal III-2023. Pertumbuhan pinjaman BCA didorong oleh segmen konsumer melalui BCA Anniversary Expo, di mana penyaluran untuk segmen KPR tumbuh 11,5% YoY dan 2,9% QoQ di kuartal ketiga 2023.
“Kami masih memperkirakan BCA akan mempertahankan pertumbuhan pinjaman di atas 11% pada tahun 2023,” ujar Agus.
Dari sisi risiko, Agus bilang, ancaman keamanan terhadap data perbankan membuat BBCA mengeluarkan tambahan Rp 300 miliar untuk sistem keamanan datanya. Hasilnya, cost to income ratio (CIR) meningkat menjadi 36,1% pada kuartal ketiga dari 31,2% pada kuartal kedua, yang menciptakan Cost of Credit (CoC) menjadi 0,3%.
Non Performing Loan (NPL) sedikit meningkat menjadi 2,0% di kuartal ketiga dari 1,9% pada kuartal kedua. Sementara, Loan at Risk (LAR) BCA lebih baik menjadi 7,6% dari 8,7% pada kuartal II-2023.
“Ini menunjukkan bahwa Bank BCA mempunyai penyangga yang cukup untuk melawan dampaknya dari memburuknya kualitas pinjaman,” imbuh Agus.
Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank BCA terpantau berada pada level 68,7% di kuartal ketiga, lebih tinggi dibandingkan bulan Juni sebesar 66,5%. Hal tersebut seiring dengan pertumbuhan deposito sebesar 1,6% QoQ.
Sementara itu, rasio dana murah (CASA) BBCA turun sedikit menjadi 79,9% pada kuartal ketiga karena beberapa nasabah mengalihkan CASA mereka ke Deposito Berjangka (TD) ketika tingkat bunga meningkat.
“BBCA seharusnya bisa mempertahankan keunggulannya sebagai bank pilihan masyarakat di masa depan, didukung oleh merek saham yang kuat,” papar Agus.
Sementara itu, analis Henan Putihrai Sekuritas Arandi Pradana memproyeksikan, pertumbuhan pinjaman BBCA sebesar 13,8% YoY di tahun 2023 ini. Tahun depan, pertumbuhan pinjaman BBCA diprediksi masih tumbuh double digit sebesar 11% YoY.
Arandi menilai, rasio dana murah atau current account saving account (CASA) BBCA tetap terjaga kuat sebesar 79,9% dengan giro meningkat 6,1% YoY menjadi Rp 337,6 triliun, dan tabungan tumbuh 3,9% YoY menjadi Rp 532,1 triliun.
Baca Juga: NIM Perbankan Terus Naik, Tak Ada Peluang Turun?
Hasil itu memungkinkan BBCA bisa membukukan pertumbuhan pelanggan baru pada tahun ini. Kondisi tersebut telah mendorong dana pihak ketiga (DPK) BCA tumbuh 6,2% YoY menjadi Rp 1.088,8 triliun hingga kuartal ketiga.
Arandi menambahkan, keputusan Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga menjadi 6,0%, berpotensi meningkatkan DPK lebih tinggi untuk BBCA. Kualitas pinjaman BCA pun dianggap masih dapat dikelola dalam kondisi suku bunga tinggi.
“Kami memulai kembali dengan seruan Beli untuk BBCA karena keputusan BI baru-baru ini,” turut Arandi dalam riset 24 Oktober 2023.
Arandi merekomendasikan beli untuk BBCA dengan target harga sebesar Rp 9.700 per saham. Sedangkan, Agus memberikan rekomendasi hold untuk saham BBCA dengan target harga sebesar Rp 9.600 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News