Reporter: Aloysius Brama | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah Indonesia terus menggenjot peningkatan ketersediaan kapasitas listrik nasional. Hal ini sejalan dengan kebutuhan listrik berkapasitas 35.000 megawatt (MW) yang tercantum dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.
Salah satu sektor yang kecipratan untung dari agenda nasional ini tentu adalah perusahaan-perusahaan kabel dalam negeri. Sebelumnya Asosiasi Pabrik Kabel Indonesia (Apkabel) mengatakan sepanjang tahun ini, pertumbuhan bisnis sektor kabel bisa menggantungkan 20% pemasukannya dari proyek Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Bila mengacu pada laporan keuangan beberapa emiten sektor kabel yang melantai di bursa, rata-rata pemasukan perusahaan dari penjualan produk kepada PLN masih cukup besar. Setidaknya dari empat perusahaan kabel yang sudah merilis laporan keuangan kuartal I 2019, rata-rata pemasukan dari PLN kepada perusahaan masih di atas 10%.
Ambil contoh misalnya PT Voksel Elektrik Tbk. Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis, pada triwulan pertama tahun ini, hampir 48% pemasukan perusahaan berkode saham VOKS itu didapat dari transaksi dengan PLN. Tercatat, transaksi dari PLN kepada VOKS mencapai Rp 379, 78 miliar. Sedangkan selama periode tersebut, perusahaan mendapatkan pendapatan sebesar Rp 789,91 miliar.
Sedangkan dalam periode yang sama di tahun lalu, kontribusi transaksi dari PLN kepada VOKS mencapai 23, 48%. Sebesar Rp 125, 86 miliar transaksi dari PLN masuk ke kantong perusahaan dari total pendapatan sebesar Rp 536, 12 miliar.
Perusahaan lain yang juga mendapatkan kontribusi cukup besar dari proyek negara adalah PT KMI Wire and Cable Tbk (KBLI). Tercatat sepanjang kuartal I-2019 ini, perusahaan mendapatkan pemasukan sebesar Rp 225,2 miliar dari transaksi antara perusahaan tersebut dengan PLN. Itu berarti, kontribusi pemasukan dari kontrak dengan PLN mencapai 22%. Pada satu sisi, pendapatan perusahaan dalam periode itu mencapai Rp 1,02 triliun.
Sedangkan dalam periode yang sama di tahun lalu, kontribusi transaksi dari PLN kepada KBLI mencapai 41,9%. Sebesar Rp 370,27 miliar transaksi dari PLN masuk ke kantong perusahaan dari total pendapatan sebesar Rp 883, 08 miliar.
PT Supreme Cable Manufacturing and Commerce Tbk (SCCO) juga mendapatkan kontribusi yang cukup lumayan dari proyek yang dijalankan oleh PLN. Selama kuartal I-2019, 11,7% pendapatan SCCO disumbang dari transaksi dengan PLN.
Asal tahu saja, selama periode tersebut SCCO berhasil mencatatkan pendapatan sebesar Rp 1, 37 triliun. Itu berarti transaksi antara SCCO dengan PLN mencapai Rp 161,14 miliar.
Meski begitu bila dibandingkan kuartal I-2018, jumlah tersebut mengalami penurunan. Dari total pendapatan sepanjang kuartal I-2018 yang mencapai Rp 1, 17 triliun, kontribusi pemasukan dari PLN mencapai Rp 172,25 miliar. Bila dipersentasekan, jumlah tersebut sama dengan 14,67%.
Data tersebut bagaikan buah simalakama bagi emiten-emiten kabel. Di satu sisi, prioritas negara untuk membangun infrastruktur listrik ternyata berdampak signifikan bagi pemasukan emiten kabel.
"Namun untuk jangka panjang, prospek emiten kabel juga tidak tahan lama," kata analis BCA Sekuritas Achmad Yaki.
Yaki mengatakan hal tersebut lantaran proyek pengadaan listrik bersifat terbatas. Ia mengingatkan mengenai RPJMN penambahan kapasitas listrik sebesar 35.000 mega watt tersebut akan berakhir pada tahun 2019 ini. Menurutnya saham-saham emiten kabel hanya menarik dalam jangka waktu pendek hingga menengah.
“Kontribusi penjualan perusahaan datang dari PLN. Sehingga bisa jadi prospeknya menurun seiring dengan proyek pemenuhan listrik yang semakin terpenuhi,” kata Yaki kepada Kontan.co.id, Senin (13/5).
Beruntung kasus korupsi yang melibatkan beberapa orang dalam PLN tidak terlalu mengganggu kinerja perusahaan. Hal tersebut lantaran kesepatakan antara perusahaan dengan PLN sudah termaktub secara hitam di atas putih. “Tidak akan terlalu terpengaruh karena sifatnya yang kontrak sehingga berjalan per proyek meski ada beberapa yang berkesinambungan,” kata Yaki.
Selain terlalu bergantung dengan proyek pemerintah, Yaki menilai faktor lain seperti harga komoditas tembaga sebagai material pokok kabel bisa mempengaruhi kinerja perusahaan.
Untuk itu Yaki tetap merekomendasikan saham-saham tersebut untuk bisa diperjual-belikan dalam jangka pendek dengan target harga KBLI Rp 550,
KBLM Rp 286, VOKS Rp 370, dan SCCO Rp 10.000.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News