kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Valuasi yang minim dan likuiditas rendah, investor tak melirik saham emiten kabel


Senin, 13 Mei 2019 / 16:46 WIB
Valuasi yang minim dan likuiditas rendah, investor tak melirik saham emiten kabel


Reporter: Aloysius Brama | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski membukukan kinerja yang menarik selama kuartal I tahun 2019, nyatanya minat investor untuk membeli saham emiten kabel tidak terlalu tinggi. Asal tahu saja, selama kuartal I-2019 pertumbuhan penjualan perusahaan kabel yang melantai di bursa mencapai 20,45%. Sedangkan dari segi bottom line atau laba, pertumbuhannya tak kalah fantastis yakni mencapai 70,5%.

Head of Investment Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan bila mengacu pada data transaksi, saham-saham emiten kabel tidak terlalu aktif diperdagangkan. Selain itu volume transaksi perdagangan emiten di sektor kabel juga relatif kecil bila dibandingkan dengan saham-saham di sektor lain.

Hal tersebut nampak dari data transaksi harian saham-saham emiten kabel. Volume transaksi emiten PT Voksel Elektrik Tbk (VOKS) misalnya. Ketika berita ini ditulis, volume transaksi saham perusahaan dengan kode ticker VOKS itu hanya sebesar 3,1 juta saham dengan frekuensi perdagangan sebesar 502 kali.

Setali tiga uang, emiten PT Kabelindo Murni Tbk (KBLM) misalnya juga mengalami hal serupa. Tercatat volume transaksi perusahaan itu hanya mencapai 335.600 saham dengan frekuensi transaksi hanya mencapai 76 kali.

Sedangkan emiten kabel lainnya yaitu PT Supreme Cable Manufacturing and Commerce Tbk (SCCO) malah mendapatkan nasib yang tidak lebih baik. Ketika berita ini ditulis, volume saham SCCO yang diperdagangkan hanya mencapai 3600 saham. Sedangkan frekuensinya hanya mencapai sembilan kali transaksi.

Nasib yang sedikit lebih baik dialami oleh saham KBLI. Tercatat ketika berita ini ditulis, volume saham yang ditransaksikan mencapai 121,6 juta saham. Sedangkan frekuensi perdagangannya mencapai 4.130 kali.

Wawan mengatakan kapitalisasi pasar yang tidak besar serta valuasi saham emiten yang terlampau tinggi menjadi penyebab saham emiten kabel kurang menarik bagi investor. Saham SCCO misalnya memiliki kapitalisasi pasar sebesar 1,87 triliun saham. Ketika berita ini ditulis, harga saham SCCO sudah mencapai Rp 9.075 dengan price earnings ratio (PER) sebesar 7,09 kali.

Saham lain seperti KBLI dan KBLM juga serupa. Kapitalisasi pasar emiten tersebut masing-masing sebesar 2,14 triliun dan 282,24 juta saja. Harga saham KBLI  mencapai Rp 535 dengan PER mencapai 4,7 kali. Sedangkan harga saham KBLM mencapai Rp 246 dengan PER yang lebih tinggi mencapai 24,6 kali.

Sedangkan untuk emiten VOKS, kapitalisasi pasarnya merupakan yang tertinggi dari emiten lain yakni mencapai 2,49 triliun. Untuk harga saham VOKS mencapai level Rp 336 dengan PER sebesar 13,4 kali.

Wawan menilai wajar bila akhirnya sedikit investor yang tertarik dengan saham-saham emiten tersebut. “Dengan faktor-faktor tersebut maka hal itu tidak feasible terutama untuk para fund manager yang memiliki dana besar,” kata Wawan, Senin (13/5).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×