CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Simak rekomendasi analis untuk 10 saham dengan net sell asing terbesar


Kamis, 22 Oktober 2020 / 06:30 WIB
Simak rekomendasi analis untuk 10 saham dengan net sell asing terbesar


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor asing masih terus keluar dari pasar saham Indonesia. Berdasarkan data RTI, dalam sebulan ke belakang hingga Rabu (21/10), net sell asing di seluruh pasar adalah sebesar Rp 12,17 triliun, sementara akumulasi sepanjang 2020 mencapai Rp 53,03 triliun.

Saham yang mencatatkan net sell asing terbesar sebulan terakhir adalah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), yakni Rp 1,5 triliun. Disusul PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Rp 948,3 miliar, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) 284,7 miliar, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) Rp 240,3 miliar, dan PT United Tractors Tbk (UNTR) Rp 228,9 miliar.

Lalu, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Rp 223 miliar, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Rp 187,4 miliar, PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) Rp 178,4 miliar, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) Rp 131,3 miliar, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Rp 127,6 miliar.

Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama mengatakan, 10 saham ini bertengger dalam foreign net sell terbesar karena kepemilikan asing pada saham-saham tersebut memang cukup mendominasi. 

Baca Juga: IHSG diprediksi flat, simak empat saham rekomendasi Samuel Sekuritas

Sementara aksi jual investor asing yang melanda saham tersebut merupakan bagian dari pengelolaan portofolio investasi.

"Saat ini investor asing cenderung mengurangi bobot kepemilikan pada saham di Indonesia," ucap Okie saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (21/10). 

Menurut dia, banyak faktor yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, adanya potensi perlambatan pada kinerja keuangan emiten kuartal III-2020 secara year on year sehingga nantinya bakal mempengaruhi valuasi perusahaan. 

Kedua, pertumbuhan ekonomi pada triwulan ketiga ini diprediksi negatif. Ketiga, investor asing juga mempertimbangkan seberapa besar realisasi penyerapan dana program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) hingga akhir tahun nanti.

Menurut Okie, secara valuasi, sebagian kecil emiten yang masuk dalam 10 besar tersebut masih diperdagangkan pada harga yang cukup mahal. Contohnya, BBCA yang saat ini berada pada 4,11 kali price to book value (PBV) dan SMGR yang saat ini diperdagangkan dengan price earning ratio (PER) 23,49 kali .



TERBARU

[X]
×