Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah di pasar spot mampu mempertahankan keunggulan hingga akhir perdagangan hari ini. Alhasil, rupiah menjadi mata uang dengan penguatan terbesar di Asia.
Rabu (21/6), rupiah spot ditutup di level Rp 14.952 per dolar Amerika Serikat (AS). Ini membuat rupiah spot menguat 0,35% dibanding penutupan pada Selasa (20/6) di level Rp 15.005 per dolar AS.
Pengamat komoditas dan mata uang Lukman Leong mengatakan, mata uang Asia pada umumnya bergerak beragam. Hanya saja, rupiah menguat cukup besar yang dilihat dari kuatnya permintaan pada SBN dengan imbal hasil obligasi 10 tahun Indonesia yang turun 0,016% atau 0,25 poin.
"Dolar AS sendiri juga cenderung datar menjelang testimoni Jerome Powell," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (21/6).
Baca Juga: Perkasa di Asia, Rupiah Spot Ditutup Menguat ke Rp 14.952 Per Dolar AS di Rabu (21/6)
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengamini bahwa penguatan rupiah didorong oleh masuknya investor asing ke pasar keuangan domestik. Hal itu terindikasi dari penguatan IHSG dan penurunan yield SUN 10 tahun.
"Yield SUN 10 tahun turun 3bps ke level 6,31%, sementara IHSG menguat 0,63% ke level 6703," paparnya.
Untuk besok, Josua memperkirakan rupiah berpotensi melemah terbatas. Hanya saja, hal tersebut tercipta apabila pidato Powell nanti malam mengafirmasi kecenderungan hawkish dari Fed.
Lukman menambahkan, apabila faktor the Fed sudah tidak ada, maka fokus perhatian investor akan kembali ke pelemahan ekonomi China dan rupiah akan kembali tertekan.
"Investor juga tentunya akan mengantisipasi pernyataan Gubernur BI dalam rapat besok, terutama respon akan perkembangan ekspektasi suku bunga the Fed belakangan ini," sambungnya.
Lukman memprediksi rupiah akan bergerak pada rentang Rp 14.900 - Rp 15.000 per dolar AS. Sementara Josua memperkirakan di kisaran Rp 14.925 - Rp 15.025 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News