kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.491.000   3.000   0,20%
  • USD/IDR 15.520   70,00   0,45%
  • IDX 7.649   21,99   0,29%
  • KOMPAS100 1.191   3,68   0,31%
  • LQ45 949   0,60   0,06%
  • ISSI 231   1,38   0,60%
  • IDX30 486   0,61   0,12%
  • IDXHIDIV20 584   0,36   0,06%
  • IDX80 136   0,39   0,29%
  • IDXV30 142   0,69   0,49%
  • IDXQ30 162   0,37   0,23%

Simak Prospek Saham Big Cap yang Tertekan 10 Tahun Terakhir


Rabu, 16 Oktober 2024 / 19:07 WIB
Simak Prospek Saham Big Cap yang Tertekan 10 Tahun Terakhir
ILUSTRASI. para analis memberikan rekomendasi saham dan prospek saham big cap


Reporter: Rashif Usman | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selama 10 tahun pemerintahan Presiden Jokowi, sejumlah saham big cap penghuni indeks LQ45 seperti PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS), dan PT XL Axiata Tbk (EXCL) mengalami penurunan signifikan.

Berdasarkan data Bloomberg, Rabu (16/10), SMGR menghasilkan return negatif pada satu dekade terakhir sebesar turun 65,65%, lalu ada GGRM sebesar melemah 62,08%, PGAS koreksi 58,34% dan EXCL turun 54,59%.

Kemudian, saham-saham big cap lainnya seperti PT Astra International Tbk (ASII), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) juga mengalami perlambatan pertumbuhan sepanjang 10 tahun terakhir.

Meskipun saham-saham ini dulunya dikenal sebagai pilihan kuat bagi investor, tantangan struktural dalam sektor-sektor terkait serta perubahan dinamika bisnis membuat saham-saham ini kurang menarik dalam hal return yang memuaskan.

Penurunan harga saham ini mengindikasikan bahwa investor menghadapi tantangan untuk mendapatkan cuan dari saham-saham besar tersebut.

Baca Juga: IHSG Berpeluang Menguat, Intip Proyeksi dan Rekomendasi Saham untuk Rabu (16/10)

Founder Stocknow.id Hendra Wardana menyoroti SMGR mengalami tekanan karena over kapasitas di industri semen dan ketatnya persaingan. Ditambah lagi dengan penurunan permintaan akibat perlambatan proyek infrastruktur domestik. 

Sementara itu, GGRM terkena dampak dari kenaikan cukai rokok yang konsisten setiap tahun yang secara langsung mempengaruhi margin perusahaan dan kemampuan untuk meningkatkan profitabilitas.

PGAS juga mengalami hambatan karena kebijakan harga gas yang diatur oleh pemerintah, sehingga memotong profit margin perusahaan.

Di sisi lain, EXCL menghadapi tantangan dari persaingan ketat di industri telekomunikasi yang menyebabkan perang harga dan penurunan Average Revenue Per User (ARPU). Ditambah lagi dengan kebutuhan investasi infrastruktur besar untuk jaringan membebani keuangan perusahaan.

"Terlepas dari penurunan tersebut, bukan berarti perusahaan-perusahaan ini tidak mampu beradaptasi. Banyak dari mereka telah melakukan transformasi digital, ekspansi produk, atau restrukturisasi untuk menghadapi tantangan ini," kata Hendra kepada Kontan, Rabu (16/10).

Namun, mengingat perubahan bisnis dan ketatnya regulasi, investor harus realistis dengan ekspektasi return. Saham-saham seperti GGRM, misalnya, dinilai sulit untuk memberikan return tinggi dalam jangka panjang karena faktor regulasi yang membatasi. 

Baca Juga: IHSG Menguat ke 7.648, TLKM, UNVR, BREN Paling Banyak Net Buy Asing Hari Ini (16/10)

Sementara itu, TLKM dan Astra International masih memiliki potensi pertumbuhan, terutama TLKM yang telah mengembangkan bisnis digital dan data.

Prospek Saham Big Cap

Prospek jangka panjang beberapa saham big cap masih ada, meskipun tidak semua akan langsung berbalik positif. Beberapa emiten, seperti SMGR dan PGAS bisa mendapatkan angin segar dari pemulihan sektor infrastruktur atau reformasi harga energi. EXCL juga berpotensi membaik seiring dengan pemulihan ekonomi dan meningkatnya permintaan data. 

Hendra merekomendasikan untuk buy saham SMGR, PGAS, EXCL dan TLKM dengan target harga masing-masing Rp  4.450 per saham, Rp 1.655 per saham, Rp 2.650 per saham, dan Rp 3.190 per saham. 

Hendra menjelaskan, rekomendasi buy ini didasarkan pada valuasi yang kini sudah lebih rendah dan potensi kenaikan harga saham dengan asumsi stabilitas ekonomi makro dan kebijakan pemerintah yang mendukung. 

 

"Namun, investor perlu mengadopsi pendekatan jangka panjang, mengingat volatilitas sektor-sektor ini yang masih dipengaruhi oleh kebijakan regulasi dan dinamika kompetitif masing-masing industri," tutupnya.

Investor Cermati Fundamental

Hendra menegaskan bahwa investor harus fokus pada sektor tempat saham-saham big cap tersebut beroperasi, kemudian kembali menilai kekuatan fundamental emiten di dalamnya. 

Menurutnya, setiap sektor memiliki tantangan dan peluang yang berbeda. Misalnya, sektor energi seperti PGAS sangat dipengaruhi oleh kebijakan harga gas, sementara sektor infrastruktur seperti SMGR menghadapi tantangan over kapasitas. Di sisi lain, sektor telekomunikasi seperti TLKM dan EXCL tengah menghadapi persaingan ketat dan kebutuhan investasi besar, tetapi punya potensi tumbuh dari layanan data.

Kuncinya ialah menilai apakah emiten di sektor tersebut mampu beradaptasi dengan dinamika industri dan kebijakan pemerintah yang berlaku. 

Emiten dengan strategi yang solid dan inovatif cenderung lebih berpeluang untuk membalikkan kinerja negatifnya. 

Dalam hal ini, investor harus selektif dan mempertimbangkan valuasi saham yang sudah lebih rendah, serta mempertimbangkan risiko dari masing-masing sektor dan emiten. 

Baca Juga: IHSG Menguat ke 7.648, TLKM, UNVR, BREN Paling Banyak Net Buy Asing Hari Ini (16/10)

"Diversifikasi portofolio dan memahami tren makroekonomi juga penting untuk meminimalkan risiko dan memaksimalkan potensi return," tutupnya.

Sementara itu, Direktur PT Kanaka Hita Solvera Daniel Agustinus mengungkapkan gugurnya deretan saham big cap tersebut lebih ke arah fundamental, di mana kinerja dari emiten tersebut memang tidak tumbuh positif dan cenderung stagnan.

Daniel mengungkapkan sederet emiten tersebut mayoritas sudah mature sehingga diperlukan inovasi dari perusahaan untuk bisa bersaing dengan kondisi ekonomi saat ini.

Kendati demikian, ia menjelaskan secara prospek saham-saham itu masih bisa tumbuh berbalik positif tergantung dari strategi yang dijalankan oleh emiten dan kondisi fundamental di Tanah Air.

Daniel merekomendasikan untuk mencermati saham ASII dengan target harga Rp 5.500 per saham, TLKM di target harga Rp 3.200 per saham dan UNVR pada target harga Rp 2.450.

Selanjutnya: Huawei Cloud Siap Memacu Transformasi Industri Fintech Indonesia

Menarik Dibaca: Cara Mengatasi iPhone 15 Cepat Panas saat Digunakan, Ketahui Juga Penyebabnya!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Penerapan Etika Dalam Penagihan Kredit Macet Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK

[X]
×