Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Prospera Asset Management (AM) mengalokasikan aset lebih banyak pada saham untuk produk reksadana campuran. Strategi tersebut ampuh membawa produk reksadana campuran kelolaan Prospera AM bertengger di posisi teratas.
Equity Portfolio Manager Prospera AM Michael Tanjung mengungkapkan, penempatan aset reksadana campuran utamanya menyesuaikan tren makro ekonomi, baik global maupun domestik. Kondisi pasar saat ini tengah diselimuti ketidakpastian seputar isu krisis perbankan Amerika Serikat (AS), pertumbuhan ekonomi global dan juga perbincangan terkait plafon utang AS.
Namun, Prospera AM sebagai salah satu Manajer Investasi (MI) melihat tren suku bunga sudah memuncak dan berpotensi turun di tahun depan. Ini artinya akan memberikan potensi upside bagi aset berisiko termasuk obligasi dan saham.
Michael menuturkan, Prospera AM masih menyukai prospek saham domestik dengan bobot di reksadana campuran berkisar 60%-70% untuk jangka panjang. Sementara, porsi sisanya dilengkapi oleh aset utang dengan strategi yang disebut barbel alias penempatan pada utang jangka panjang dan pendek.
Baca Juga: Strategi Pengelola Reksadana Campuran Berkinerja Terbaik
Mengutip data Infovesta Kapital Advisori, produk unggulan Prospera AM yaitu Prospera Balance Return Optimiser sukses mencetak return tertinggi 4,16% di bulan April 2023. Sementara return yang dicetak Prospera Balance Return Optimiser sebesar 3,81% secara year to date (YtD) per 28 April 2023.
Michael menjelaskan, pada reksadana Prospera Balance Return Optimiser pemilihan saham selalu dilandaskan oleh analisa fundamental yang mendalam. Faktor utama yang menjadi pertimbangan adalah kualitas bisnis, prospek pertumbuhan, dan posisi neraca serta solid untuk membiayai pertumbuhan, dan pembagian dividen untuk pemegang saham.
Pemilihan obligasi korporasi pun juga dilandaskan pada analisa keuangan yang solid, terutama analisa arus kas operasional, belanja modal dan prospek bisnis ke depannya.
"Saat ini kami hanya memilih perusahaan dengan investment grade rating," kata Michael kepada Kontan.co.id, Senin (15/5).
Baca Juga: April 2023, Dana Kelolaan Reksadana Turun Rp 3,79 Triliun
Menurut Michael, pasar saham masih akan prospektif sampai akhir tahun ini dan menjelang tahun pemilu 2024. Banyak saham berkualitas yang masih memiliki valuasi menarik dan potensi pertumbuhan di atas rata-rata pasar.
Sementara, performa pasar obligasi cukup baik sejak awal tahun ini karena imbal hasil yang berangsur menurun, sehingga harga obligasi terapresiasi. Tren ini diperkirakan bisa bertahan melihat kebijakan fiskal Bank Indonesia (BI) yang cenderung mendukung pertumbuhan dan juga karena tren inflasi yang mulai melandai.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News