Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) berhasil menekan kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) tahun lalu ke level rendah dengan melakukan write off. Langkah penghapusbukuan kredit bermasalah ini terbukti berbuah manis dan membuka jalan bagi bank ini untuk mencetak kinerja oke.
Rasio NPL BBNI di akhir 2017 lalu turun secara signifikan menjadi 2,3%, dibandingkan NPL 2016 yang mencapai 3,0%. Tingkat NPL pada bank pelat merah ini sebagian besar disebabkan kredit menunggak dari sejumlah korporasi.
Oleh karena itu, tahun lalu BBNI melakukan write off atas sejumlah kredit. Nilai kredit yang dihapusbukukan mencapai Rp 8,7 triliun, melejit dibandingkan tahun sebelumnya, yakni Rp 3 triliun.
Kepala Riset Samuel Sekuritas Andy Ferdinand mengatakan, setelah angka write off yang besar tahun lalu, kemungkinan besar BBNI bakal memperkecil jumlah kredit macet yang dihapus. Alasannya, tahun ini outlook ekonomi lebih bullish.
Ekonomi yang membaik dan kenaikan harga komoditas akan berdampak positif bagi BBNI. "Tekanan NPL akan menurun, jadi kemungkinan write off tahun ini tidak besar," jelas Andy kepada KONTAN, Kamis (25/1).
Terkait kinerja kredit, Alvin Baramuli, analis Bahana Sekuritas, dalam riset 17 Januari lalu, mencatat, BBNI memiliki pinjaman konsolidasi sebesar Rp 48 triliun tahun lalu.
Sektor yang paling membantu pertumbuhan kredit adalah korporasi swasta, dengan kontribusi 31% dari total pinjaman atau naik 14,9% yoy. Lalu kredit BUMN berkontribusi 19% terhadap total pinjaman, atau naik 7,7% yoy.
Simpanan deposito juga naik. Erni Marsella Siahaan, analis Ciptadana Sekuritas, mencatat pertumbuhan deposito mencapai 19% yoy. "Pertumbuhan deposito akan memberi likuiditas kuat untuk BBNI, apalagi proyek infrastruktur yang dikerjakan relatif lebih banyak dari bank pelat merah lainnya," jelas Erni.
Catatan KONTAN, sepanjang tahun lalu BBNI menyalurkan kredit infrastruktur sebesar Rp 99,5 triliun, naik dari periode sama di 2016 Rp 86,2 triliun. Erni memperkirakan pertumbuhan kredit BBNI di 2018 bisa naik 15%.
Tahun ini, Erni memperkirakan laba BBNI Rp 15,85 triliun dan tahun depan Rp 18,09 triliun. Sedangkan pendapatan BBNI sebesar Rp 35,40 triliun di tahun ini dan Rp 39,87 triliun di 2019. Terkait rencana aksi stock split BBNI tahun ini, analis sepakat hal tersebut tidak akan berpengaruh besar pada fundamental saham.
Andy merekomendasikan hold BBNI dengan target harga Rp 9.000. Erni dan Alvin merekomendasikan buy dengan target masing-masing Rp 11.300 dan Rp 10.000 per saham. Pada Kamis (25/1), harga saham BBNI turun 1,29% dibanding hari sebelumnya jadi Rp 9.600 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News