kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Simak efek arah kebijakan moneter bank sentral terhadap kinerja reksadana pasar uang


Senin, 22 November 2021 / 15:02 WIB
Simak efek arah kebijakan moneter bank sentral terhadap kinerja reksadana pasar uang
ILUSTRASI. Reksadana.


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dinamika kebijakan moneter bank sentral di sejumlah negara mempengaruhi kinerja reksadana pasar uang. Hingga Jumat (19/11), kinerja reksadana pasar uang masih berada di bawah risk free rate. 

Saat ini era suku bunga rendah masih terjadi di berbagai negara, seperti suku bunga Amerika Serikat (AS) yang berada di 0,25%, Uni Eropa di 0,00%, Inggris di 0,1%, Australia di 0,1%, Singapura di 0,07%, India di 4%, China di 3,85%, Indonesia di 3,5%, Filipina di 2%, dan Malaysia di 1,75%. 

Namun, dengan ekonomi yang mulai berangsur pulih, sejumlah negara mulai bersiap menata kembali arah kebijakan moneternya. 

Dalam riset Infovesta Utama, Senin (22/11), dinamika kebijakan moneter bank sentral di sejumlah negara cenderung bervariasi dari yang mempertambahankan hingga menaikkan suku bunga. 

Negara yang cenderung mempertahankan suku bunga rendah adalah Uni Eropa, Australia, India, dan Jepang. Sementara, Inggris disinyalir akan menaikkan suku bunga pada akhir 2021 sebagai langkah menghadapi inflasi dan biaya listrik yang tinggi. 

Baca Juga: Usai cetak rekor, bagaimana proyeksi IHSG pekan depan?

Sementara, The Fed belum akan menaikkan suku bunga hingga pasar tenaga kerja pulih lebih baik lagi, meskipun tapering diperkirakan selesai pada semester I-2022. 

Namun, apabila inflasi terus mengalami lonjakan, maka percepatan kenaikan suku bunga dapat The Fed lakukan. 

Sementara itu, di Indonesia, sejak Februari 2021 hingga saat ini, suku bunga acuan BI7DRRR dipertahankan stabil di level 3,5% atau terendah sepanjang sejarah. 

Level suku bunga yang rendah dipertahankan sebagai bentuk kebijakan moneter bank sentral dalam menjaga stabilisasi pasar keuangan dalam negeri imbas resesi ekonomi. 

Pada saat yang sama, likuiditas yang melimpah pada perbankan mendorong Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) untuk menurunkan suku bunga pinjaman menjadi 3,5% untuk September 2021-Januari 2022. 

Infovesta memandang banksentral masih akan mempertahankan suku bunga rendahnya setidaknya hingga 2022, sambil memantau pergerakan tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi dalam negeri. 

Di tengah tren suku bunga yang masih rendah, sepanjang 2021, kinerja reksadana pasar uang naik 2,84% secara year to date hingga Jumat (19/11). Kinerja tersebut masih berada di bawah risk free rate yang berada di 2,92%. 

Sementara itu, terpantau jumlah dana kelolaan dan unit penyertaan reksadana pasar uang mengalami kenaikan masing-masing 15,64% dan 11,32%. 

Infovesta mengatakan penempatan investasi pada instrumen pasar uang memang kerap digunakan sebagai wadah untuk memarkirkan dana dalam jangka waktu pendek atau kurang dari satu tahun. 

Selanjutnya: Imbal hasil reksadana pasar uang pada tahun depan diproyeksikan sebesar 3,5%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×