CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Simak berita menarik di bursa saham hari ini!


Rabu, 04 Februari 2015 / 05:33 WIB
Simak berita menarik di bursa saham hari ini!
ILUSTRASI. Promo JSM Alfamidi Hanya 4 Hari Spesial Kemerdekaan Periode 17-20 Agustus 2023.


Reporter: Sandy Baskoro | Editor: Sandy Baskoro

JAKARTA. Menemani aktivitas anda, kami menyuguhkan ringkasan berita di halaman bursa saham Harian KONTAN hari ini, sebagai berikut.

Ekspansi PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA)

Pemerintah berniat mengembangkan 13 kawasan industri baru di Indonesia. Untuk mematangkan rencana itu, pemerintah menggandeng pengembang kawasan industri. Salah satu emiten yang diundang adalah PT Kawasan Industri Jababeka, Tbk (KIJA).

Presiden Joko Widodo mengundang Direktur Utama KIJA, Setyono Djuandi Darmono ke Istana Negara, pada Selasa (3/2).Darmono mengaku, presiden memintanya berbagi pengalaman dalam mengembangkan kawasan industri. "Saya menyarankan, konsep one city one factory, satu pabrik besar yang menjadi sebuah kota baru," kata dia, saat dihubungi KONTAN usai bertemu Presiden Jokowi.

Pemerintah ingin membangun 13 kawasan industri, yang sebagian besar di luar Jawa. Hal ini sejalan dengan mimpi KIJA untuk mengembangkan 100 kota baru di Indonesia. Darmono menilai, kawasan yang kini paling siap adalah Jawa Tengah. KIJA tengah mengembangkan kawasan industri di Kendal, Jawa Tengah. "Presiden menilai bagus pengembangan kawasan industri di Kendal," papar Darmono.

Selanjutnya, KIJA berharap pemerintah memberikan kemudahan bagi para pelaku industri, termasuk soal perizinan. Tujuannya, agar pelaku industri, baik asing maupun lokal, melirik wilayah Indonesia dibandingkan luar negeri, seperti Vietnam.

Manajemen KIJA mengklaim, sebagai pengembang kawasan industri yang bertanggungjawab. Emiten ini selalu mengembangkan kawasan industri dengan berbagai fasilitas, mulai dari perumahan bagi para buruh hingga fasilitas lain seperti sekolah, sarana olahraga hingga sarana hiburan. Tengok saja kawasan industri Jababeka di Cikarang, Jawa Barat.

Suntikan Modal Emiten BUMN

Harapan lima emiten pelat merah  mendapatkan suntikan modal baru dari pemerintah masih tertunda. Hingga kini, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) belum merespons positif rencana penyertaan modal negara (PMN) untuk sejumlah BUMN, senilai total Rp 72,79 triliun.

DPR masih mengkritisi nilai jumbo PMN tersebut. Tarik ulur ini bisa memicu ketidakpastian baru terhadap ekspansi BUMN, khususnya lima emiten pelat merah yang dijanjikan meraih dana PMN, yakni  Bank Mandiri (BMRI), Aneka Tambang (ANTM), Waskita Karya (WSKT), Adhi Karya (ADHI) dan Krakatau Steel (KRAS).

Kelima emiten itu memang memiliki sejumlah proyek besar. Ekspektasi investor sudah telanjur tinggi. Jika DPR tak merestui rencana pemerintah menyuntik dana ke BUMN, analis memprediksi, akan terjadi konsolidasi terhadap saham BUMN tadi.

Prospek Saham Konsumer

Investor tengah memburu saham sektor konsumer. Sejak awal tahun hingga kemarin atau year-to-date (ytd), indeks saham sektor konsumer sudah naik 4,82%. Angka itu lebih tinggi dari kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang cuma tumbuh 1,24% (ytd).

Analis Mandiri Sekuritas Herman Koeswanto dalam riset pada 26 Januari menilai, gaya hidup konsumerisme di Indonesia menyebabkan barang konsumsi rumah tangga dan perawatan tubuh (personal care) masuk menjadi kategori yang tumbuh paling cepat di segmen fast moving consumer goods. Peningkatan itu didorong berkembangnya warga kelas menengah dan peralihan perilaku konsumen untuk memenuhi gaya hidup yang lebih tinggi.

UNVR sebagai saham paling likuid dan memimpin sektor industri barang konsumsi Indonesia telah mencatatkan reli kenaikan harga 25% sejak Maret 2014.

Herman menilai, pendorong reli kuat itu sejumlah faktor, yakni penurunan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah, ekspektasi cerahnya prospek industri di tengah reformasi infrastruktur Presiden Joko  Widodo serta rendahnya harga bahan bakar minyak (BBM). "Valuasi perseroan mendongkrak harga sahamnya. UNVR hampir mencapai rekor tertinggi dan terlihat kurang menarik lagi," tutur Herman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×