kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Simak berita bursa saham di akhir pekan ini


Sabtu, 21 Februari 2015 / 05:06 WIB
Simak berita bursa saham di akhir pekan ini
ILUSTRASI. Kim Tae Ri, salah satu aktris Korea Selatan yang mendapatkan gelar penghormatan Chungmuro karena kiprahnya di dunia perfilman Korea.


Reporter: Sandy Baskoro | Editor: Sandy Baskoro

JAKARTA. Menemani aktivitas anda di akhir pekan ini, kami menyajikan sejumlah berita di halaman bursa saham (halaman 3) Harian KONTAN edisi hari ini (21/2), sebagai berikut.

Dominasi Saham Perbankan

Tren bullish masih memayungi pasar saham domestik. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin ditutup menguat 0,18% menjadi 5.400,10. Ini merupakan rekor terbaik IHSG sepanjang sejarah Bursa Efek Indonesia.

Saham sektor perbankan menjadi penggerak utama IHSG. Sejak awal tahun hingga kemarin atau year-to-date (ytd), sebanyak empat saham bank masuk 10 besar penggerak indeks saham. Keempatnya adalah Bank Mandiri (BMRI), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Bank Central Asia (BBCA) dan Bank Negara Indonesia (BBNI). Dari keempat saham itu, BBNI mencatatkan pertumbuhan paling tinggi, yakni 13,11% (ytd). Posisi kedua hingga keempat masing-masing adalah saham BMRI 12,06%, BBRI, 9,23% dan BBCA 7,05%.

Selain saham bank, ada saham konsumer dan ritel yang ikut berkibar. Saham itu adalah Unilever Indonesia (UNVR, Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP), Matahari Department Store (LPPF) dan Matahari Putra Prima (MPPA).

Sektor perbankan, konsumer dan ritel mendapatkan berkah dari kebijakan Bank Indonesia. Pada Selasa (17/2) lalu, bank sentral memangkas suku bunga acuan (BI rate) menjadi 7,5%. Kuncupnya BI rate turut mengangkat daya beli masyarakat. Ekspektasi inilah yang mendongkrak saham perbankan, konsumer dan ritel.

PT Summarecon Agung Tbk (SMRA)

PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) semakin mantap ekspansi ke luar Jawa. Pada Selasa (17/2) lalu, SMRA  melalui anak usahanya PT Selaras Maju Mandiri mengakuisisi PT Sinergi Mutiara Cemerlang senilai Rp 310,75 miliar.

Yong King Ching, Direktur dan Sekretaris Perusahaan SMRA, kemarin mengatakan Selaras Maju membeli  162.180 saham Sinergi Mutiara milik Elite Filed Investment Limited. Jumlah itu setara 51% saham seri A yang dikeluarkan oleh Sinergi Mutiara.

Sinergi Mutiara merupakan perusahaan properti asal Sulawesi. Yong bilang, SMRA mengakuisisi Sinergi Mutiara demi mendukung rencana ekspansi ke luar Jawa. “Kami ingin ekspansi ke Sulawesi,” kata dia kepada KONTAN, kemarin.

SMRA membeli Sinergi Mutiara karena perusahaan itu punya lahan yang potensial dikembangkan untuk jangka panjang. Saat ini, SMRA baru mengakuisisi lahan saja. Untuk jangka panjang, SMRA siap mengembangkan proyek properti di wilayah itu.

PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk (HITS)

Perusahaan jasa pelayaran PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk (HITS) segera menjual saham simpanan alias treasury stock. Saham tersebut merupakan saham hasil pembelian kembali (buyback) yang dilakukan oleh manajemen HITS pada Juni 2013.

Daryono, Sekretaris Perusahaan HITS mengemukakan, HITS harus melakukan pengalihan saham treasury tersebut lantaran telah melewati batas waktu yang ditetapkan otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI).

"Saat ini, perseroan masih mencari investor strategis untuk melepas saham yang dimaksud," ujar Daryono dalam keterbukaan informasi resmi kepada BEI, Jumat (20/2).

PT Kalbe Farma Tbk (KLBF)

Tahun lalu, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) membukukan pendapatan senilai Rp 17,36 triliun. Tumbuh 8,5% dibandingkan pendapatan tahun 2013 senilai Rp 16 triliun.

Meski masih positif, pertumbuhan pendapatan KLBF pada tahun lalu melambat. Sepanjang 2013, KLBF mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 17,38%.

“Pertumbuhan penjualan lebih rendah dari tahun 2013 karena pertumbuhan produk farmasi dan distribusi melambat di 2014,” ungkap Direktur Keuangan KLBF, Vidjongtius, kepada KONTAN, Jumat, (20/2).

Tak hanya melambat, penjualan KLBF juga tumbuh di bawah target. KLBF menargetkan pertumbuhan penjualan 11%-13% di tahun lalu. Malah sebelumnya, KLBF sempat mematok target penjualan tumbuh antara 14%-16%.

Meski begitu, manajemen KLBF yakin, kinerja pada tahun ini dapat membaik dibandingkan tahun lalu. Sepanjang tahun ini, KLBF membidik pertumbuhan penjualan 10%-15%. Artinya, KLBF menargetkan pendapatan sekitar Rp 19,09 triliun hingga Rp 19,96 triliun. Kemarin, harga saham KLBF turun 0,83% menjadi Rp 1.790 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×