kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Simak berita bursa saham di akhir pekan ini


Sabtu, 26 Desember 2015 / 05:29 WIB
Simak berita bursa saham di akhir pekan ini


Reporter: Sandy Baskoro | Editor: Sandy Baskoro

JAKARTA. Menemani aktivitas Anda di akhir pekan ini, kami menyuguhkan sejumlah berita bursa saham di halaman 3 Harian KONTAN edisi Sabtu (26/12). Berikut ini rangkumannya.

Investor Kurangi Belanja Saham

Tahun 2015 segera berakhir. Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia pun tinggal hitungan hari. Yang pasti, pekan ini denyut pasar modal domestik bergerak perlahan, apalagi dihimpit libur Hari Natal dan Tahun Baru 2016.

Reza Priyambada, Analis NH Korindo Securities menilai tahun ini window dressing absen dari pasar modal Indonesia. Seharusnya, aksi window dressing sudah terasa sejak November lalu. Pola itu terbaca dari siklus tahunan yang selalu terulang.

Ternyata, menjelang berakhirnya tahun 2015, aksi window dressing belum juga terasa. Menurut Reza, window dressing tak tampak lantaran dipengaruhi sejumlah faktor, seperti kebijakan The Fed, kondisi ekonomi global dan lokal. "Setiap tahun nilai transaksi mengalami kenaikan di bulan November. Tapi tahun ini sedikit berbeda," ujar dia kepada KONTAN, Rabu (23/12).

Dengan sisa tiga hari waktu efektif transaksi di BEI, Reza sangsi ada perubahan besar di pasar saham. Apalagi transaksi di pasar modal saat ini polanya sangat acak, sehingga sulit mengetahui saham-saham yang akan naik dalam tiga hari ke depan.

Investor lebih memilih menunggu sampai akhir tahun berakhir ketimbang meningkatkan transaksi di sisa waktu tiga hari perdagangan. Reza bilang, transaksi akan kembali menanjak pada awal tahun depan.

PT Bayan Resources Tbk (BYAN)

Kondisi ekonomi yang buruk menyebabkan para kinerja emiten ikut terpuruk. Alhasil, para emiten ini mengambil langkah restrukturisasi utang untuk melonggarkan himpitan.

Salah satu emiten yang merestrukturisasi utang PT Bayan Resources Tbk (BYAN).  BYAN merestrukturisasi utang senilai US$ 750 juta. Utang ini merupakan pinjaman sindikasi dari beberapa bank asing, bank lokal dan perusahaan pembiayaan pada 10 April 2012 dengan maksimal pokok US$ 950 juta.

BYAN dan para kreditur sepakat mengubah perjanjian fasilitas pinjaman berjangka, terutama soal perubahan jenis dan nilai fasilitas. Dalam perjanjian yang diteken Selasa (22/12), ada tiga jenis utang yang akan diubah.

Pertama, term loan facility senilai US$ 400 juta yang jatuh tempo 20 April 2017. Kedua, working capital facility senilai US$ 150 juta yang jatuh tempo 20 April 2015 dengan opsi perpanjangan dua tahun. Ketiga adalah capital expenditures facility senilai US$ 200 juta yang jatuh tempo 20 April 2017. Sehingga totalnya sebesar US$ 750 juta.

Ketiga jenis utang itu direstrukturisasi dan diubah menjadi dua fasilitas utang. Yakni, term loan facility senilai US$ 544,21 juta dan working capital facility senilai US$ 34 juta. Keduanya punya masa jatuh tempo pada 31 Desember 2020 mendatang, dengan opsi perpanjangan selama satu tahun.

PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL)

PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) terus berupaya keluar dari ancaman kebangkrutan. Kabar terbaru, Emiten Grup Bakrie ini berniat melaksanakan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu alias private placement.

Demi memuluskan rencana tersebut, BTEL akan meminta persetujuan pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). Dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia, BTEL menjadwalkan RUPSLB pada 12 Januari 2016 di Citywalk Function Hall Lantai 5, Jl KH Mas Mansyur Nomor 121 Jakarta Selatan.

Namun manajemen BTEL belum membeberkan berapa jumlah penambahan saham dan nilai private placement tersebut. Hingga Rabu (23/12) malam, manajemen BTEL belum bisa dimintai konfirmasinya.

Kondisi keuangan BTEL memang sedang berdarah-darah. Hingga akhir September tahun ini, BTEL mencatatkan total kewajiban Rp 13,32 triliun. Dari jumlah tersebut, utang yang tengah diselesaikan melalui proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) mencapai Rp 5,48 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×