Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Vale Indonesia Tbk (INCO) telah menuntaskan proses pelepasan saham (divestasi) yang kembali diserap oleh MIND ID. Lewat transaksi ini, MIND ID menjadi pemegang saham terbesar INCO dan mengendalikan secara bersama-sama (joint control) dengan Vale Canada Limited (VCL).
MIND ID mengakuisisi dan menerima saham tambahan sebanyak 1,59 miliar saham atau sekitar 14% dalam transaksi yang rampung pada 28 Juni 2024.
Berdasarkan data per 1 Juli 2024, MIND ID menjadi pemegang saham terbesar INCO dengan kepemilikan 3,58 miliar saham atau setara 34,03% dari seluruh saham yang disetor dan ditempatkan INCO.
Proses divestasi ini merupakan pemenuhan kewajiban INCO dalam mendapatkan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). Sebelumnya, pada 13 Mei 2024 INCO telah menerima IUPK untuk menjamin perpanjangan izin operasi hingga 28 Desember 2035.
Baca Juga: Aksi INCO Usai Divestasi: Transaksi US$ 10,84 Juta Hingga Offtake Dengan MIND ID
Setelah menuntaskan proses divestasi ini, INCO langsung menggelar dua aksi. Pertama, transaksi afiliasi dengan MIND ID, VCL, Sumitomo Metal Mining Co. Ltd. (SMM) dan Vale Technology Development Ltd. (VTDL) yang berlangsung pada 28 Juni 2024, dengan nilai transaksi hingga US$ 10,84 juta.
Ada dua objek transaksi dalam aksi ini. Pertama, pemberian jasa dari VCL, VTDL, SMM dan MIND ID kepada INCO.
"Para Pemberi Jasa akan memberikan jasa tertentu kepada Perseroan terkait dengan manajemen, teknikal dan jasa lainnya untuk memfasilitasi aktivitas operasi dan kegiatan pengembangan proyek Perseroan," ungkap keterbukaan informasi, Selasa (2/7).
Transaksi kedua adalah pemberian jasa dari VCL dan VTDL kepada INCO berdasarkan perjanjian jasa transisional. Adapun, jasa transisional ini termasuk layanan teknologi informasi dan terbatas pada jasa yang kritikal bagi keberlangsungan operasi INCO.
Kedua, INCO telah mendatangani perjanjian kerangka kerja jual beli (offtake) bijih dengan MIND ID. Corporate Secretary Vale Indonesia Natasya Suherto mengungkapkan kerangka kerja yang diteken pada pada 28 Juni 2024 ini mencakup dua poin.
Pertama, setiap tahun dimulai sejak tahun 2026 INCO akan memberikan MIND ID hak memilih untuk membeli bijih saprolit dan/atau bijih limonit tertentu yang diproduksi INCO sesuai dengan syarat dan ketentuan dalam perjanjian.
Kedua, pembelian bijih tersebut akan diatur lebih lanjut dalam perjanjian definitif terpisah untuk setiap transaksi jual beli bijih yang bersangkutan.
Selain itu, setelah transaksi divestasi selesai, manajemen INCO juga mengalami perubahan di jajaran dewan direksi dan komisaris. Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada 10 Juni 2024 lalu menyetujui perubahan susunan anggota direksi untuk jangka waktu selesainya transaksi divestasi sampai dengan RUPST tahun 2027, menjadi sebagai berikut:
- Presiden Direktur & Chief Executive Officer : Febriany Eddy
- Wakil Presiden Direktur & Chief Operation and Infrastructure Officer : Abu Ashar
- Direktur & Chief Human Capital Officer : Adriansyah Chaniago
- Direktur & Chief Sustainability and Corporate Affairs Officer : Bernardus Irmanto
- Direktur Independen & Chief Financial Officer : Rizky Andhika Putra
- Direktur Independen & Chief Project Officer : Muhammad Asril
- Direktur Independen & Chief Strategy and Technical Officer : Luke Mahoney.
Baca Juga: Mulai 2026, MIND ID Diberi Hak Beli Bijih Nikel dari Tambang Vale Indonesia (INCO)
Pemegang saham juga menyetujui perubahan anggota dewan komisaris untuk periode selesainya transaksi divestasi sampai dengan RUPST tahun 2027, menjadi sebagai berikut:
- Presiden Komisaris : Muhammad Rachmat Kaimuddin
- Wakil Presiden Komisaris : Emily Olson
- Komisaris : Fabio Ferraz
- Komisaris : Kristina Litzinger
- Komisaris : M. Jasman Panjaitan
- Komisaris : Edi Permadi
- Komisaris : Yusuke Niwa
- Komisaris Independen : Rudiantara
- Komisaris Independen : Raden Sukhyar
- Komisaris Independen : Marita Alisjahbana
Prospek Kinerja & Rekomendasi Saham
Research Analyst Phintraco Sekuritas Arsita Budi Rizqi melihat penyelesaian kewajiban divestasi dan posisi MIND ID sebagai pemegang saham terbesar brpotensi memoles prospek INCO secara jangka panjang. Langkah ini bakal memberikan kepastian bagi operasional bisnis INCO.
Contohnya perjanjian offtake bijih nikel dengan MIND ID mulai tahun 2026 dapat membawa sentimen positif terhadap outlook bisnis INCO. Sebagai holding pertambangan BUMN, MIND ID juga bisa memberi kontribusi penting dalam pengembangan proyek strategis INCO di Sorowako, Bahodopi dan Pomalaa.
"Hal ini juga dapat meningkatkan peluang untuk ekspansi operasional dan infrastruktur, yang dapat meningkatkan kapasitas produksi dan efisiensi operasional," kata Arsita kepada Kontan.co.id, Rabu (3/7).
Hanya saja, saat ini INCO perlu fokus untuk kembali memompa kinerja usai mengalami penurunan top line dan bottom line pada kuartal I-2024. INCO mengantongi pendapatan senilai US$ 229,93 juta atau turun 36,68% dibanding periode yang sama tahun lalu (Year on Year/YoY).
Sedangkan laba bersih INCO terjun 96,33% (YoY) menjadi US$ 6,19 juta hingga Maret 2024. Penurunan kinerja keuangan ini terjadi ketika volume produksi dan penjualan nikel matte INCO meningkat.
Pada kuartal I-2024, produksi nikel matte INCO mencapai 18.199 metrik ton dan penjualan sebanyak 18.175 metrik ton. Tumbuh masing-masing 8,53% dan 8,45% (YoY).
Namun kenaikan volume produksi dan penjualan itu tidak diimbangi dengan harga realisasi rata-rata alias Average Selling Price (ASP). Pada kuartal I-2024, ASP INCO turun 41,62% (YoY) dari US$ 21.672 menjadi US$ 12.651 per ton.
Arsita menaksir kinerja INCO secara tahunan masih akan tertekan pada semester I-2024, lantaran ASP yang lebih rendah dibandingkan semester I-2023. Arsita memperkirakan, harga rata-rata nikel hingga akhir tahun 2024 akan berada di kisaran US$ 17.700 per ton.
Arsita memproyeksikan ASP INCO akan berada di kisaran US$ 13.800 per ton atau 78% dari London Metal Exchange (LME) nikel. Dengan target volume produksi di level 70.800 ton pada tahun ini, Arsita memprediksi secara kumulatif pendapatan INCO masih cenderung tertekan.
Analis RHB Sekuritas Indonesia Fauzan Djamal dan Muhammad Wafi masih menyematkan rekomendasi buy pada saham INCO. Namun ada catatan, sentimen bagi emiten nikel masih cenderung suram. Ketidakpastian relaksasi suku bunga semakin menekan stabilitas harga komoditas.
Sementara prospek persediaan yang lebih baik dari pemulihan ekonomi regional untuk mendorong permintaan belum sepenuhnya terwujud. RHB Sekuritas pun menurunkan perkiraan LME nikel dari sebelumnya US$ 18.500 menjadi US$ 17.500 per ton.
Dengan revisi acuan harga nikel dan perkiraan margin yang lebih konservatif, RHB Sekuritas memangkas target harga INCO dari Rp 4.810 menjadi Rp 4.500. Sedangkan Arsita menyarankan buy on support INCO untuk target harga Rp 4.300 - Rp 4.400, dan stoploss jika breaklow ke level Rp 3.950 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News