Reporter: Agung Jatmiko | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - TANGERANG. PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) masih gencar membangun rumahsakit baru. Perusahaan milik Grup Lippo ini menganggarkan belanja modal alias capital expenditure (capex) sebesar Rp 1 triliun pada tahun ini.
Direktur Utama SILO Ketut Wijaya mengatakan, selain untuk merampungkan konstruksi rumahsakit baru, belanja modal SILO juga digunakan untuk peremajaan dan pengadaan peralatan medis.
Per 31 Desember 2017, SILO telah mengoperasikan 31 rumahsakit. Dalam tiga bulan terakhir, SILO telah membuka satu rumahsakit baru di Lubuk Linggau, serta melakukan tahap tutup atap alias topping off dua rumahsakit di Tangerang dan Yogyakarta. Topping off di Yogyakarta merupakan proyek rumahsakit yang bekerja sama dengan Nahdlatul Ulama, yakni Rumahsakit Umum Syubbanul Wathon. Di aset ini, SILO memiliki 40% saham. Sementara sisanya sebesar 60% dimiliki oleh PBNU.
Direktur SILO Budi Legowo mengungkapkan, tahun ini SILO menargetkan bisa merampungkan konstruksi 11 rumahsakit, yang tersebar di berbagai kota besar seperti Manado, Batu, Jember, Surabaya dan Jakarta. "Tahun depan, kami akan selesaikan konstruksi empat rumahsakit, yaitu Banjarmasin Darham, Semarang Srondol, Sorong, dan Ambon," kata Budi dalam paparan publik, Kamis (29/3).
Sepanjang 2017, SILO mencatatkan kenaikan pendapatan 13,2% year on year (yoy) menjadi Rp 5,8 triliun. Porsi pendapatan paling besar masih berasal dari segmen bisnis rawat inap.
Segmen ini menyumbang pendapatan sebesar Rp 3,55 triliun atau setara 60,76% dari total pendapatan SILO pada tahun lalu. Sementara, sisanya merupakan kontribusi dari segmen bisnis rawat jalan. Segmen ini memberikan kontribusi pendapatan sebesar Rp 2,3 triliun.
Tapi, pertumbuhan pendapatan ini dibarengi kenaikan beban pokok pendapatan sebesar 15,10% secara tahunan. Hal tersebut menyebabkan margin laba kotor SILO turun menjadi 28,23%. Padahal pada 2016 silam, SILO meraih margin laba kotor 29,45%.
Di sisi lain, penghasilan bunga perusahaan melonjak 691,14% yoy menjadi Rp 20,46 miliar. SILO pun berhasil menekan beban keuangan pada tahun lalu menjadi Rp 39,71 miliar atau turun 23,62% secara tahunan.
Alhasil, laba bersih SILO masih naik 8,9% jadi Rp 93,6 miliar. Sayangnya, terkait target kenaikan pendapatan dan laba bersih, Budi enggan menyebutkan angka pasti. "Yang jelas harus lebih baik dari tahun 2017," tandas dia.
Pada perdagangan Kamis (29/3), harga saham SILO turun 1,54% menjadi Rp 8.000 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News