Sumber: Bloomberg |
JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) kembali terpuruk ke titik terlemah dalam enam bulan terakhir. Pasar khawatir pemerintah gagal memenuhi target belanja tahun lalu yang pada akhirnya bisa berbuntut pada pelemahan pertumbuhan ekonomi dan berkurangnya permintaan aset lokal.
Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kementerian keuangan mencatat, investor asing menarik dananya dari pasar Surat Utang Negara (SUN) senilai Rp 340 miliar atau setara dengan US$ 35 juta pada 7 Januari.
Nilai tukar rupiah turun 0,7% menjadi Rp 9.740 per dollar AS pada 8:55 waktu Jakarta. Ini adalah penurunan terbesar sejak 12 Juli 2012. Mata uang Garuda sempat menyentuh 9.847 kemarin (7/1), level terlemah sejak 16 September 2009.
"Rupiah dapat menguji tingkat psikologis 9.900 bulan ini tetapi tidak melebihi angka tersebut," ulas Bayu Kurniawan, dealer valuta asing di PT Bank Ekonomi Raharja Jakarta, unit usaha HSBC Holdings Plc. Menurutnya, belanja pemerintah yang lebih rendah berdampak pada pertumbuhan ekonomi ke depan dan juga sentimen investor.
Bambang Brodjonegoro, kepala kebijakan fiskal di Departemen Keuangan menjelaskan produk domestik bruto akan tumbuh sebesar 6,4% menjadi 6,5% tahun lalu, bukan 6,3% seperti yang diperkirakan jika anggaran belanja terserap baik. Kenyatannya, belanja negara yang tercapai adalah Rp 1.482 triliun yang berarti lebih rendah dari target awal Rp 1.548 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News