Reporter: Hasyim Ashari | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Industri Jamu & Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) membidik pertumbuhan pendapatan tahun ini sebesar 15%. Target ini didorong dengan adanya penambahan kapasitas produksi dan penguatan penjualan ekspor ke Filipina.
Tahun lalu, SIDO berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp 2,56 triliun. Angka ini naik 15,4% dibanding tahun lalu Rp 2,12 triliun. Dus, pendapatan yang dibidik SIDO tahun ini setara Rp 2,94 triliun. Sedangkan laba bersih tahun lalu sekitar Rp 481 miliar tumbuh 10% dibanding tahun sebelumnya Rp 437 miliar.
Kenaikan penjualan disumbangkan oleh naiknya average selling price (ASP) untuk beberapa produk unggulan seperti Tolak Angin dan Kuku Bima. Kemudian, kenaikan laba bersih selain didukung oleh kenaikan topline juga ditunjang oleh kenaikan laba oprasional seiring dengan program efisiensi yang dilakukan.
Analis Mandiri Sekuritas Lakshmi Rowter mengatakan, manajemen memutuskan untuk menggunakan strategi full marketing untuk produk Tolak Angin di Filipina. Strategi ini pertama kalinya dilakukan SIDO. Sebab, biasanya ekspor SIDO tidak dikelola sendiri dan SIDO hanya melakukan penjualan langsung kepada distributor lokal.
"Potensi sangat besar untuk (produk) Tolak Angin, sebab produk ini mudah diterima pasar di sana," ujarnya dalam riset 7 April 2017.
Lakshmi menjelaskan, SIDO memiliki sejumlah alasan untuk memilih Filipina sebagai tujuan pemasaran penuh. Pertama yakni populasinya yang besar yang mencapai setengah dari penduduk Indonesia. Kedua, jenis konsumen Filipina hampir sama dengan di Indonesia yang mana mereka sangat familiar dengan obat herbal.
"Di antara negara-negara ASEAN, Filipina yang paling sedikit peredaran obat-obat dari China," katanya.
Penjualan Ekspor SIDO setiap bulannya mencapai US$ 300.000 per bulan atau menyumbang 2% terhadap penjualan. Dengan ekspansi pasar ke Filipina, SIDO menargetkan kontribusi ekspor menjadi 5%. Sehingga blended margin SIDO akan stabil. Pasalnya, biaya pengiriman ekspor sama dengan penjualan di wilayah Timur Indonesia.
Menurut Lakshmi, saat ini SIDO menggunakan dua sistem penjualan yaitu general trade (GT), yaitu penjualan melalui pasar tradisional di mana kontribusinya sekitar 90%. Yang kedua adalah modern trade (MT), yaitu penjualan melalui peritel moderen di Indonesia. Kehadiran MT telah meningkatkan penjualan produk-produk SIDO secara signifikan.
Lakshmi merekomendasikan saham SIDO buy dengan target harga Rp 700 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News