Reporter: Rilanda Virasma | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) melancarkan sejumlah strategi bisnis untuk memoles kinerjanya di tahun 2025.
Direktur Utama PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk David Hidayat mengatakan, pihaknya membidik pertumbuhan penjualan dan laba bersih 10% secara tahunan (YoY) di tahun 2025.
Untuk mencapainya, salah satu strategi akan dilakukan dengan mendiversifikasi produk dan memperluas pasar ekspor ke sejumlah negara, seperti Indochina, Semenanjung Arab, dan Afrika. Secara bersamaan, SIDO juga akan mendiversifikasi produknya.
Adapun saat ini, SIDO telah mendistribusikan produk unggulannya ke lebih dari 30 negara dengan Malaysia, Nigeria, dan Filipina sebagai pasar terbesarnya. Produk-produk unggulan itu salah satunya Tolak Angin dan minuman energi Kuku Bima Ener-G!
Baca Juga: Sido Muncul Perluas Pasar Ekspor dan Diversifikasi Produk, Cek Rekomendasi Analis
Selama kuartal I 2025, David menyebut ekspor SIDO tumbuh 28% YoY, menyumbang 12% dari total penjualan di periode tersebut.
“Sepanjang lima tahun terakhir, ekspor SIDO tumbuh rata-rata dua digit. Kontribusi ekspor terhadap total penjualan kami juga terus meningkat, dari 2% di tahun 2020 menjadi 7% di 2024,” terang David kepada Kontan, Senin (13/7).
Adapun, penjualan SIDO di kuartal l 2025 tercatat sebesar Rp 789,1, turun 25,09% YoY dari sebelumnya Rp 1,05 triliun.
Laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk SIDO juga menurun 40,34% YoY menjadi Rp 232,94 miliar dari sebelumnya Rp 390,49 miliar di kuartal l 2024.
Analis Edvisor Profina Visindo, Indy Naila melihat, saat ini tren permintaan produk berbasis herbal masih tinggi sehingga berpotensi mendukung penjualan SIDO tahun ini.
“Namun, masih ada kekhawatiran melemahnya daya beli yang bisa menekan margin SIDO,” ujar Indy.
Baca Juga: Suku Bunga Turun, Sido Muncul (SIDO) Belum Berniat Cari Pendanaan Eksternal
Saham SIDO kata Indy juga masih bergerak sideways. Di perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (18/7), saham SIDO bergerak stagnan di harga Rp 505 per saham.
Dalam sebulan terakhir, saham SIDO telah naik 1%, namun merosot masing-masing 8,18% dan 14,41% dalam tiga bulan dan sejak awal tahun (year to date/YtD).
Meski begitu, Indy menilai saham SIDO masih menarik untuk dikoleksi secara jangka panjang. Apalagi, SIDO terkenal rajin bagi dividen dengan yield yang menarik.
Namun, investor menurut Indy perlu untuk cermat memantau tren daya beli dan perkembangan kinerja SIDO secara kuartalan.
“Perlu ada bantuan juga dari pemerintah untuk industri jamu,” ujar Indy. Tak kalah penting, SIDO juga kata dia wajib meningkatkan penjualan dalam negeri mengingat konsumen ini masih jadi pembeli utama produk mereka.
Dengan sejumlah sentimen ini, Indy merekomendasikan investor untuk wait and see terhadap saham SIDO.
Selanjutnya: Vision+ dari MNC Group Gandeng CelcomDigi Hadirkan Layanan Streaming di Malaysia
Menarik Dibaca: Samsung Z Fold 6 dengan Layar Dua Mode, Bisa jadi Smartphone Sekaligus Tablet
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News