Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Namun setelah pandemi menyerang, pertumbuhan konsumsi akan terus menurun bahkan dapat tumbuh kontraksi ketika pertumbuhan kasus mengalami masa puncaknya. “Setelah pertumbuhan kasus baru pandemi mulai meredup, pertumbuhan konsumsi langsung melakukan recovery secara cepat dan setelahnya tumbuh secara positif bahkan melebihi pertumbuhan sebelum pandemi menyerang,” tulis Tirmidzi dalam riset, Kamis (2/4).
Skenario kedua adalah U-Shape (base case scenario) dengan probabilitas 50%. Skenario ini dapat terjadi ketika jumlah pasien Covid-19 mengalami puncak di bulan Ramadan dan Lebaran. Pemerintah mampu mengendalikan bahkan melarang masyarakat untuk melakukan kegiatan mudik.
Baca Juga: Pengamat: Negosiasi ulang kontrak pembangkit listrik dapat mengurangi beban PLN
Skenario terakhir adalah L-Shape (worst case scenario) dengan probabilitas 40%. Skenario ini bisa terjadi ketika pemerintah tidak dapat menurunkan pertumbuhan jumlah kasus baru Covid-19 sampai dengan Oktober atau November 2020.
Laju pertumbuhan kasus baru Covid-19 akan naik semakin tajam ketika bulan Ramadan dan Lebaran dengan asumsi tidak adanya larangan untuk mudik ke kampung halaman.
Baca Juga: Ekonom Core nilai penurunan optimisme konsumen bisa karena virus corona
Secara keseluruhan, Samuel Sekuritas Indonesia memberikan rekomendasi underweight untuk sektor ritel. Rekomendasi ini diberikan dengan mempertimbangkan risiko investasi yang ada, yakni pertumbuhan ekonomi yang berada di bawah estimasi dan bahkan dapat terjadinya resesi, menurunnya konsumsi masyarakat secara signifikan, fluktuasi nilai tukar rupiah dan penyebaran Covid-19 yang terus terjadi.
Namun, Tirmidzi masih merekomendasikan investor untuk mencermati saham PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) sebab memiliki potensi dividend yield di tahun ini sebesar 12,5%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News