Reporter: Noor Muhammad Falih, Wahyu Satriani | Editor: Sofyan Hidayat
JAKARTA. Pemerintah kembali menggelar lelang surat utang negara (SUN) senilai Rp 10 triliun, Selasa (4/3). Seri SUN bertenor menengah diperkirakan bakal menjadi favorit investor. Selain cukup likuid di pasar sekunder, investor akan melirik SUN tenor menengah sebagai mengantisipasi berbagai sentimen negatif yang bisa menekan pasar obligasi.
Fixed Income Analyst BNI Securities, I Made Adi Saputra memperkirakan, investor akan menyerbu SUN seri FR0070 bertenor 10 tahun. "Seri tersebut cukup memberikan keuntungan bagi investor yang melakukan trading, dibandingkan dengan seri lebih pendek bertenor lima tahun," ujar dia, Minggu (2/3).
Selain FR0070, Made bilang, SUN bertenor paling panjang yakni FR0067 juga akan menarik bagi investor dengan horizon investasi jangka panjang, seperti dana pensiun dan asuransi jiwa. Instrumen ini diperkirakan akan menguntungkan dengan imbal hasil di kisaran 9,3% hingga 9,35%.
SUN seri SPN bertenor 12 bulan juga akan diminati oleh investor. Hanya saja, seri ini kurang menarik bagi investor yang melakukan trading lantaran likuiditasnya di pasar sekunder lebih rendah ketimbang SUN bertenor 10 tahun dan 15 tahun.
Assistant Vice President Head of Debt Research PT Danareksa Sekuritas, Yudistira Slamet menambahkan, lelang kali ini akan menarik lantaran harga dari tiga seri yang bakal dilelang sudah berada di atas par pada penutupan harga Jumat (28/2).
Misal, SUN FR0069, harganya pada akhir pekan lalu di 100,13. Harga SUN seri FR0070 berada di level 100,27, dan harga SUN seri FR0071 bahkan berada di 100,59. “Harga SUN memang terus naik dari pekan lalu,” ujar Yudistira.
Dari tren kenaikan harga SUN itu, peserta lelang bakal memaklumi dengan cara tidak meminta yield tinggi. Namun Yudistira juga memprediksi, pemerintah tetap tidak memaksakan memenangkan lelang dengan nominal besar. “Akan tetap di kisaran Rp 12,2 triliun seperti lelang sebelumnya,” ujar Yudistira.
Hari ini, Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan laju inflasi Indonesia bulan Februari. Data inflasi ini, menurut Made, akan mempengaruhi jumlah penawaran yang masuk dalam lelang ini.
"Apabila data ekonomi sesuai perkiraan pelaku pasar, maka penawaran yang masuk masih cukup besar," tutur dia. Dia memperkirakan, total penawaran masih akan cukup besar sekitar Rp 25 triliun hingga 30 triliun.
Fakhrul Aufa, analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) memperkirakan, lelang SUN, besok, akan kelebihan permintaan 2,5 kali hingga 3 kali lipat. Membanjirnya permintaan ditopang oleh nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) yang mulai menguat.
"Mudah-mudahan tren penurunan yield berlanjut. Tapi kalau inflasi cukup tinggi, yield di lelang SUN akan kembali menanjak," ujar Fakhrul.
Sebaliknya, Yudistira memandang, ekspektasi inflasi bulan Februari yang lebih rendah dari bulan sebelumnya membuat pemerintah percaya diri yield SUN akan terus turun. Dia memprediksi, lelang bakal tetap kelebihan permintaan atau oversubscribes hingga 2 kali sampai 3 kali lipat dari total indikatif.
Ada enam seri SUN yang akan ditawarkan pada lelang besok dengan target indikatif sebesar Rp 10 triliun. Lelang ini merupakan lelang kelima sepanjang tahun 2014. Secara historis, lelang SUN selalu kelebihan permintaan. Tapi pemerintah hanya memenangkan maksimal Rp 15 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News