kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.528.000   8.000   0,53%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

Sepuluh calon emiten antre masuk bursa


Jumat, 02 Desember 2016 / 08:03 WIB
Sepuluh calon emiten antre masuk bursa


Reporter: Dityasa H Forddanta, Emir Yanwardhana | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Akhirnya Bursa Efek Indonesia (BEI) hanya bisa mendapat tiga emiten baru yang melakukan initial public offering (IPO) di akhir tahun ini. Kemungkinan perusahaan yang melantai di bursa hanya mencapai total 17 perusahaan, di bawah target BEI sebanyak 20 perusahaan.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI Samsul Hidayat mengatakan, ada tiga emiten yang siap melantai di bursa akhir tahun ini, yakni PT Prodia Widyahusada Tbk, PT Forza Land Indonesia Tbk dan PT Bintang Oto Global Tbk.

"Yang sudah siap di pipeline tiga perusahaan, kemungkinan sampai akhir tahun 17 perusahaan," kata Samsul, Kamis (1/12).

Sebagai informasi, sepanjang tahun ini ada 14 emiten baru yang melepas saham di bursa. Teranyar adalah PT Paramita Bangun Sarana Tbk (PBSA) yang sahamnya resmi tercatat pada September lalu.

PBSA melepas 300 juta saham atau 20% dari modal ditempatkan dan disetor. Harga IPO PBSA Rp 1.200 per saham.

Saat ini, PT Prodia Widyahusada Tbk tengah menggelar penawaran umum saham. Prodia menjual saham di harga Rp 6.500 per saham. Perusahaan laboratorium klinik ini akan melantai di BEI 7 Desember mendatang.

Prodia menjual 187,5 juta saham atau setara 20% modal disetor. "Harapannya dapat menghimpun dana Rp 1,22 triliun," kata Direktur Utama Prodia Dewi Muliaty dalam rilis.

PT Citigrup Securities Indonesia, PT Credit Suisse Securities Indonesia, dan PT Indo Premier Securities bertindak sebagai penjamin emisi efek IPO Prodia. Samsul optimistis, IPO tahun depan akan lebih ramai. Kondisi perekonomian yang lebih baik dan adanya amnesti pajak akan meningkatkan penyerapan instrumen pasar modal.

Menurut Samsul, dari hasil pembicaraan dengan para underwriter, saat ini ada 10 calon emiten yang berminat melantai di bursa pada tahun depan. Bila lancar, emiten-emiten ini akan mendaftar IPO dengan menggunakan buku Desember.

Jadi, emiten-emiten baru ini bisa mencatatkan saham di semester pertama. "Itu baru buku Desember ya, belum yang pakai buku Maret dan Juni," imbuh Samsul.

Direktur Corporate Finance PT Ciptadana Capital Oskar Harianto mengatakan, pihaknya sedang menangani proses IPO beberapa perusahaan. Saat ini ada tiga perusahaan yang sudah pada pipeline. Perusahaan-perusahaan ini berada di sektor infrastruktur dan distribusi.

"Untuk namanya belum bisa disclose. Ada yang pakai buku September serta Desember," kata Oskar.

Melihat iklim perekonomian tahun depan, Oskar optimistis perusahaan yang IPO akan ramai. Selain itu dengan adanya amnesti pajak, dia yakin akan banyak dana yang masuk ke pasar modal.

Beberapa calon emiten kuat akan berasal dari anak usaha badan usaha milik negara. Salah satu nama yang santer beredar sebagai calon emiten tahun depan adalah PT Adhi Persada Properti (APP).

Anak usaha PT Adhi Karya Tbk (ADHI) ini berencana IPO 30%-35% dengan target dana Rp 1,5 triliun- Rp 2 triliun. Ada juga PT HK Realtindo, anak usaha PT Hutama Karya, yang akan IPO sekitar 30%.

Dua anak PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), yakni PT Wika Realty dan PT Wika Gedung, juga berniat melepas masing-masing 30%-35% saham. Anak usaha PT Pelabuhan Indonesia III, yakni PT Berlian Jasa Terminal Indonesia akan menjual saham ke publik sekitar 20%-30% dari modal disetor.

Pelindo II pun berencana menawarkan saham perdana tiga anak usahanya, yakni PT Pelabuhan Tanjung Priok (PTP), PT Indonesia Kendaraan Terminal (IKT), dan PT Jasa Armada Indonesia (JAI). Pelindo II menargetkan meraih dana sebesar Rp 4 triliun dari IPO tiga anak usaha.

Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang mengatakan, ada tiga hal yang menentukan ramai tidaknya IPO tahun depan, yakni capital inflow, likuiditas investor institusi, dan dana kelolaan aset manajemen.

"Saya melihat tahun depan kemungkinan masih bisa ramai," kata Edwin.

Emiten sektor consumer goods dan infrastruktur masih prospektif tahun depan. Jika perusahaan pada sektor ini IPO, tentunya dapat menarik minat investor, sehingga sahamnya bisa laris.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×