Reporter: Dupla Kartini, Bloomberg | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Rupiah lunglai pada perdagangan Jumat (22/6) pagi. Akibatnya, mata uang Garuda ini mengalami pelemahan mingguan terberat dalam sebulan terakhir.
Otot rupiah tergerus lantaran investor mengkhawatirkan krisis keuangan di Eropa dan sinyal perlambatan ekonomi di AS. Kondisi ini meredupkan prospek ekspor bagi negara-negara di kawasan Asia, termasuk Indonesia.
Nilai tukar rupiah melemah 0,5% ke level Rp 9.473 per dollar AS pada pukul 09.36 di Jakarta. Dalam sepekan ini, mata uang pun sudah tergerus 0,9%. Kemarin, rupiah bahkan jeblok ke level terlemah tiga pekan, setelah The Fed memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi AS. Apalagi, produksi manufaktur Cina pada Juni ini diprediksi terkontraksi untuk bulan yang kedelapan.
Pada pertemuan di Luxembourg kemarin, pejabat Eropa tidak setuju soal cara mengatasi krisis utang di kawasan tersebut. Ini terkait upaya pemerintah Yunani yang baru terpilih untuk kembali mengurangi langkah-langkah penghematan terkait bailout.
"Masih banyak permintaan untuk dollar AS dari bank dan importir, sehingga rupiah tertekan. Pasar ingin melihat, apakah pemerintah baru bisa membawa Yunani keluar dari krisis," kata Artanavaro Gasali, head of global markets di PT Bank ICBC Indonesia, Jakarta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News