kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.526.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

Sepekan Investasi: Rupiah makin letoi saja


Sabtu, 05 September 2015 / 10:00 WIB
Sepekan Investasi: Rupiah makin letoi saja


Reporter: Tri Adi | Editor: Tri Adi

Rupiah pekan ini terus melemah hingga hari terakhir. Sepanjang pekan ini, rupiah melemah 1,35%. Dengan begitu, rupiah tak berkutik berhadapan dengan dollar AS selama lima hari perdagangan.

Tampaknya rupiah dibayangi oleh kian menguatnya dollar AS menjelang pertemuan bank sentral AS Federal Reserve pada Kamis (16/9) dan Jumat (17/9). Pertemuan ini akan membahas suku bunga AS. Pasar sebelumnya berspekulasi, The Fed akan menaikkan bunga bulan ini, pertama kalinya sejak tahun 2006.  

Memang, menurut Reny Eka Putri, Analis Pasar Uang PT Bank Mandiri Tbk, alasan utama di balik pelemahan rupiah jelas karena faktor eksternal terutama dari Negeri Paman Sam. Fokus pasar akan langkah The Fed mengenai kebijakan suku bunganya adalah sorotan utama saat ini. "Tidak heran Indonesia sulit unggul, karena memang dollar AS sedang prima," kata Reny.

Agus Chandra, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures mengatakan tekanan besar bagi rupiah pekan ini justru datang dari gejolak ekonomi di China. Awal pekan, bursa saham China sempat merosot tajam. Namun memang sentimen negatif dari China berhenti dua hari terakhir ini karena pasar Negeri Tirai Bambu sedang libur memperingati berakhirnya perang dunia kedua.

Pengaruh China bagi rupiah cukup besar karena dengan memburuknya perekonomian China bisa dipastikan akan menggerus kepercayaan pelaku pasar terhadap aset berisiko lainnya di Asia termasuk rupiah. “Tidak hanya China, tapi antisipasi pasar menanti sinyal The Fed jelang pertemuan FOMC Rabu (16/9) dan Kamis (17/9) mendatang juga menambah tekanan koreksi,” jelas Agus. Sikap hati-hati pelaku pasar terhadap langkah kebijakan moneter The Fed selanjutnya bukan tanpa alasan.

Berikut pergerakan rupiah selama sepekan:

Senin (31/8), otot rupiah kembali mengendur terhadap dollar AS. Mengacu data Bloomberg, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS naik 0,6% ke level Rp 14.067 per dollar AS.. Sementara itu, mengacu kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) rupiah pun melemah ke level Rp 14.027 per dollar AS atau 0,11% dari sebelumnya Rp 14.011 per dollar AS.

Selasa (1/9), mengacu data Bloomberg, di pasar spot posisi rupiah terhadap dollar AS merosot 0,22% ke level Rp 14. 098 ketimbang hari sebelumnya. Serupa, di kurs tengah Bank Indonesia nilai rupiah terkikis 0,38% di level Rp 14.081.

Rabu (3/8), Otot rupiah semakin kendur. Mengacu data Bloomberg Rabu (2/9), di pasar spot rupiah lanjutkan pelemahan ke Rp 14.137 per dollar AS atau 0,28% dari Rp 14.098 per dollar AS. Sementara, rupiah yang ditransaksikan antarbank melemah 36 poin menjadi 14.132 per dollar AS dari sebelumnya Rp 14.096 per dollar AS.

Kamis (3/8), data Bloomberg menunjukkan, di pasar spot nilai tukar rupiah menukik 0,24% terhadap USD ke level Rp 14.170 dibanding hari sebelumnya.. Ini merupakan level terlemah rupiah sejak Agustus 1998 silam.

Jumat (5/8), rupiah kembali tertekan, Jumat (4/9). Di pasar spot, perdagangan rupiah ditutup di level Rp 14.172 per dollar AS, melemah dari posisi kemarin 14.170. Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) di Bank Indonesia menunjukkan, rupiah di level Rp 14.178, melemah dari posisi kemarin 14.160.


IHSG
Di akhir pekan Indeks harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,4% menjadi 4.415,34. Secara keseluruhan  IHSG sepekan ini mengalami penurunan sebesar 0,69%. Berikut pergerakan IHSG selama sepekan:

Senin (31/8), IHSG menguat mengawali perdagangan awal pekan. Data RTI menunjukkan indeks naik 0,59% atau 26,51 poin ke level 4.472,72 pada pukul 09.29 WIB. Tercatat 117 saham bergerak naik, 61 saham bergerak turun, dan 59 saham stagnan. Di pembukaan perdagangan ini melibatkan 537 juta lot saham dengan nilai transaksi 654 miliar.

Sesi I, IHSG masih perkasa di tengah pelemahan bursa regional Asia. Data RTI menunjukkan indeks naik 0,77% atau 34,15 poin ke level 4.480,36 pukul 12.00 WIB. Tercatat 139 saham naik, 100 saham bergerak turun, dan 75 saham stagnan. Perdagangan sesi pertama ini melibatkan 2,7 miliar lot saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 2,6 triliun.

IHSG kembali reli. indeks bertambah 63,4 poin atau 1,43% menjadi level 4.509,61. Sebanyak 180 saham menguat, berbanding 104 yang turun. Sedangkan 81 saham lainnya tak bergerak. Total saham yang diperdagangkan sepanjang hari ini 5,68 miliar, dengan nilai Rp 6,35 triliun. Hari ini, investor asing lebih banyak melakukan aksi beli ketimbang jual di pasar reguler. Net buy tercatat sekitar 300 miliar.

Selasa (1/9), IHSG mengekor pergerakan negatif bursa global dan regional. Mengutip data RTI, pada pukul 09.15, indeks tercatat melorot 1,28% atau 58,017 poin menjadi 4.451,59. Secara sektoral, ada delapan sektor yang menurun. Tiga sektor dengan penurunan terbesar antara lain: sektor barang konsumen yang turun 2,2%, sektor manufaktur turun 1,75%, dan sektor keuangan turun 1,45%.

Sesi I, IHSG masih tak berkutik di akhir sesi I hari ini. Data yang dihimpun RTI menunjukkan, pada pukul 12.00 WIB, indeks merosot 1,32% menjadi 4.459,107. Terdapat 157 saham yang tertekan. Sementara, jumlah saham yang naik hanya sebanyak 85 saham dan 70 saham lainnya tak bergerak. Volume transaksi perdagangan siang ini melibatkan 2,581 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 1,909 triliun.

IHSG terkoreksi tajam mengikuti jejak pelemahan bursa global pada perdagangan. Data RTI menunjukkan indeks ditutup anjlok 2,15% atau 97,148 poin ke level 4.412,45 pada pukul 16.15 WIB.  Tercatat 205 saham bergerak turun, 81 saham bergerak naik, dan 66 saham stagnan. Perdagangan hari ini melibatkan 4,67 miliar lot saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 3,86 triliun.

Rabu (3/8), IHSG langsung merosot ke zona merah pada transaksi perdagangan. Mengutip data RTI, pada pukul 09.11 WIB, indeks tercatat merosot 1,37% menjadi 4.351,81. Seluruh sektor tertekan dalam dengan kisaran penurunan 0,78% hingga 1,78%. Tiga sektor dengan penurunan terdalam antara lain sektor industri dasar turun 1,78%, sektor agrikultur turun 1,59%, dan sektor manufaktur turun 1,55%.

Sesi I, IHSG berhasil berbalik arah dan ditutup di zona positif. Data RTI menunjukkan, pada pukul 12.00 WIB, indeks mengalami kenaikan tipis sebesar 0,04% menjadi 4.414,23. Secara sektoral, ada lima sektor yang menghijau. Tiga sektor dengan kenaikan terbesar antara lain: sektor industri lain-lain naik 2,46%, sektor industri dasar naik 0,42%, dan sektor manufaktur naik 0,32%.

IHSG terkoreksi di tengah pelemahan bursa global. Data RTI menunjukkan indeks turun 0,25% atau 11,16 poin ke level 4.401,29 pukul 16.15 WIB. Tercatat 169 saham bergerak turun, 107 saham bergerak naik, dan 82 saham stagnan. Perdagangan hari ini melibatkan 5,4 miliar lot saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 4,6 triliun. Profit taking masih menggerus indeks. Aksi jual asing sekitar Rp 1,8 triliun dan aksi beli asing sekitar Rp 1,2 triliun.

Kamis (3/8), HSG dibuka positif pada transaksi hari ini. Data RTI menunjukkan, indeks langsung melaju 0,79% pada pukul 09.05 WIB. Sepuluh sektor mengeluarkan sinyal hijau. Tiga sektor dengan kenaikan terbesar yakni: sektor industri dasar naik 1,4%, sektor perdagangan naik 1%, dan sektor agrikultur naik 1%.

Sesi I, IHSG bergerak stabil di zona hijau. Data RTI menunjukkan, pada pukul 12.00 WIB, indeks tercatat naik 0,57% menjadi 4.426,37.Ada 155 saham yang mendaki. Adapun jumlah saham yang turun sebanyak 78 saham dan 91 saham lainnya tak bergerak. Volume transaksi siang ini melibatkan 2,700 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 2,003 triliun.

IHSG ditutup naik di tengah penguatan bursa global. Data RTI menunjukkan indeks naik 0,72% atau 31,81 poin ke level 4.433,11 pukul 16.15 WIB. Tercatat 184 saham bergerak naik, 85 saham bergerak turun, dan 90 saham stagnan. Pada perdagangan hari ini membukukan 5,6 miliar lot saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 3,6 triliun.

Jumat (5/8), IHSG memerah mengawali perdagangan akhir pekan. Data RTI menunjukkan indeks terkoreksi 0,38% atau 16,35 poin ke level 4.416,47 pukul 09.19 WIB. Tercatat 96 saham bergerak turun, 76 saham bergerak naik, 55 saham stagnan. Di awal perdagangan ini melibatkan 610 juta lot saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 566 miliar.

Sesi I, IHSG masih berada di zona merah.. Data RTI menunjukkan indeks tergelincir 0,05% atau 2,24 poin ke level 4.430,87 waktu 11.30 WIB.  Tercatat 136 saham bergerak turun, 94 saham bergerak naik, dan 73 saham stagnan. Perdagangan di rehat pertama melibatkan 2,24 miliar lot saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 1,68 triliun.

IHSG menutup pekan ini dengan penurunan indeks kehilangan 17,77 poin atau 0,4% menjadi 4.415,34. Penurunan ini menggenapi kemerosotan IHSG sebesar 0,69% sepanjang pekan ini.

Tekanan jual asing masih melemahkan indeks hari ini. Tercatat, net sell asing di pasar reguler Rp 109 miliar. Transaksi hari ini melibatkan 4,3 miliar saham dengan nilai Rp 4,12 triliun.

Emas
Pekan ini harga emas global dibuka dengan kenaikan tipis sebesar  0,7% ke level US$ 1.142,79 per ounce pada pukul 11:11 di Singapura, menurut harga generik Bloomberg. Namun, setelah itu si kuning menggiurkan terus tertekan hingga hingga turun 0,3% untuk pengantaran Desember menjadi US$ 1.136,10 per troy ounce di Comex, New York pada Kamis sore.

Yang pasti, menurut analis, harga emas gagal bersinar, setelah si dollar AS kembali mendulang kekuatannya. Pasar cenderung wait and see terhadap pengumuman data ekonomi Amerika Serikat (AS) menjelang rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada 16-17 September 2015.

Tekanan harga emas juga datang dari pulihnya bursa Dow Jones, AS. Ini kian mengempiskan daya tarik safe haven seperti emas. Apalagi pasar China sedang libur 3-4 September 2015 untuk memperingati berakhirnya perang dunia kedua. "Tidak adanya transaksi dari konsumen terbesar emas dunia jelas menekan harga emas," kata Faisyal, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures.

Gejolak harga emas global direspons emas Antam dengan kenaikan harga pada pembukaan pekan ini. Emas Antam turun  Rp 1.000 menjadi Rp 557.000. Namun, si emas Antam naik kembali pada Selasa dan stagnan di Rp 560.000 pada  Rabu dan Kamis. Namun, terus mengalami penurunan cukup besar, Rp 2.000, pada penutup pekan ini (Jumat). Dengan demikian, selama sepekan harga emas Antam hanya naik Rp 1.000. Berikut pergerakan emas Antam selama sepekan.

Selama sepekan harga emas Antam naik Rp 1.000.

Senin (31/8), seperti dikutip dari situs Logam Mulia, harga pecahan 1 gram emas Antam Rp 557.000. Angka ini turun Rp 1.000 dari posisi harga Jumat (28/8).

Selasa (1/9), seperti dikutip dari situs Logam Mulia, harga pecahan 1 gram emas Antam Rp 558.000. Angka ini naik Rp 1.000 dari posisi harga Senin (31/8).

Rabu (2/8), seperti dikutip dari situs Logam Mulia, harga pecahan 1 gram emas Antam Rp 560.000. Angka ini naik Rp 2.000 dari posisi harga Selasa (1/9).

Kamis (3/8), seperti dikutip dari situs Logam Mulia, harga pecahan 1 gram emas Antam Rp 560.000. Angka ini tidak berubah seperti pada hari Rabu (3/9).

Jumat (5/8), seperti dikutip dari situs Logam Mulia, harga pecahan 1 gram emas Antam Rp 558.000. Angka ini turun Rp 2.000 dari posisi harga Kamis (3/9).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×