Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Masuknya dana asing ke pasar obligasi mulai berkurang. Dalam sepekan, kepemilikan asing di surat berharga negara (SBN) berkurang Rp 5,69 triliun.
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan mencatat kepemilikan asing pada Jumat (19/8) sebesar Rp 676,44 triliun. Dana tersebut turun pada Kamis (25/8) mencapai Rp 670,58 triliun.
Head of Fixed Income Indomitra Securities Maximilianus Nico Demus mengatakan, keluarnya dana asing dipicu oleh pidato Gubernur Bank sentral Amerika Serikat (AS) Janet Yellen yang optimistis bahwa Fed Rate akan kembali mengalami kenaikan tahun ini. Akibatnya, dollar AS menguat dan nilai tukar rupiah tertekan.
"Meskipun fundamental ekonomi Indonesia relatif lebih baik dibandingkan tahun lalu, namun keluarnya dana asing juga tak dapat dipungkiri," ujar Nico, Minggu (28/8).
Selain itu, asing diperkirakan juga melakukan aksi ambil untung setelah pasar obligasi mengalami stagnan selama lebih dari dua pekan. Minimnya sentimen serta harga obligasi yang sudah terlalu tinggi mendorong asing merealisasikan keuntungan.
Kendati demikian, Nico memprediksi keluarnya asing tidak akan bertahan lama. Obligasi domestik Indonesia masih menarik seiring membaiknya fundamental ekonomi.
"Obligasi Indonesia juga memiliki imbal hasil tertinggi dengan resiko yang dapat di ukur, tentu menjadi pertimbangan Asing untuk terus dapat berinvestasi di Indonesia," ujar Nico.
Ekonom Universitas Indonesia Lana Soelistianingsih memperkirakan, Fed rate hanya akan naik sekitar 25 basis poin. Dengan kenaikan tersebut, diperkirakan tidak akan berdampak terhadap pasar obligasi.
"Total return SUN (surat utang negara) masih sekitar 18% apabila dikonversikan dalam dollar AS," tutur Lana.
Menurut Lana, permintaan SBN dari investor asing masih besar seiring besarnya likuiditas global. Demikian juga dari dalam negeri karena masih banyaknya investor industri keuangan non bank (IKNB) yang belum memenuhi ketentuan minimal investasi di SBN.