kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.936.000   -1.000   -0,05%
  • USD/IDR 16.395   -20,00   -0,12%
  • IDX 6.907   -61,50   -0,88%
  • KOMPAS100 997   -14,27   -1,41%
  • LQ45 765   -9,88   -1,28%
  • ISSI 225   -2,18   -0,96%
  • IDX30 397   -4,54   -1,13%
  • IDXHIDIV20 466   -5,69   -1,21%
  • IDX80 112   -1,62   -1,42%
  • IDXV30 115   -1,15   -0,99%
  • IDXQ30 128   -1,29   -0,99%

Sentimen Risk On Menyala, Valuta Emerging Market Terangkat


Selasa, 27 Mei 2025 / 16:08 WIB
Sentimen Risk On Menyala, Valuta Emerging Market Terangkat
ILUSTRASI. Dolar Amerika Serikat (AS) belum mampu membalik keadaan dengan pelemahan yang masih berlanjut. Kondisi ini menjadi panggung bagi valuta emerging market untuk unjuk gigi.


Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Dolar Amerika Serikat (AS) belum mampu membalik keadaan dengan pelemahan yang masih berlanjut. Kondisi ini menjadi panggung bagi valuta emerging market untuk unjuk gigi.

Data real-time Trading Economics, Selasa (27/5) pukul 13.38 WIB menunjukkan indeks dolar AS (DXY) berada di level 99,050 bps, turun 1,45% dalam sepekan.. 

Sejalan dengan itu, berbagai valuta emerging market terpantau menguat. Misalnya saja rupe India (INR) yang menguat 0,64% dalam seminggu ke level 85,26 rupe per dolar AS dan ringgit Malaysia (MYR) yang menguat 1,8% dalam seminggu ke level 4,221 ringgit per dolar AS.

Memang secara keseluruhan, indeks MSCI emerging market yang menunjukkan return total dari valuta meningkat tipis 0,01% secara harian. Namun dalam kumulatif sebulan, peningkatannya sudah mencapai 5.70%. 

Namun menurut Analis Doo FInancial Futures Lukman Leong, penguatan valuta-valuta emerging market saat ini semata-mata didorong penundaan kebijakan tarif AS. 

“Itu memicu sentimen risk on yang mendukung mata uang-mata uang EM. Pelemahan dolar AS sendiri utamanya dipicu oleh menurunnya sentimen investor dari kebijakan-kebijakan kontroversi dan sikap inkonsistensi Trump,” kata Lukman kepada Kontan, Selasa (27/5). 

Baca Juga: Rupiah Spot Ditutup Melemah 0,23% ke Rp 16.287 per Dolar AS pada Selasa (27/5)

Lukman bilang pelemahan dolar AS sendiri sebenarnya tidak lazim. 

Pasalnya, kondisi global yang masih tak pasti biasanya mendorong penguatan dolar AS sebagai salah satu aset safe haven. Namun pandangan tersebut telah berubah. Investor lebih menyukai yen (JPY) dan franc (CHF) sebagai valuta safe haven.

Secara spesifik, Lukman menjelaskan bahwa penguatan rupe didasari oleh basis depresiasi yang cukup besar sebelumnya. Makanya, pelemahan dolar AS kali ini langsung berdampak positif, di samping keyakinan pasar terhadap ketahanan negara tersebut.

“Investor belakangan ini cenderung yakin apabila India akan menjadi salah satu negara yang akan bisa mendapatkan kesepakatan yang tidak terlalu membebani negara,” kata Lukman. 

Sementara untuk ringgit, ia bilang, apresiasinya juga didorong prospek pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat. 

Baca Juga: Ekonom: Pelemahan Dolar AS Memberikan Ruang Fiskal bagi APBN

Potensi Penguatan Rupiah Lebih Terbatas

Sebagai mata uang emerging market, rupiah tentu tak ketinggalan menguat terhadap dolar AS. Namun, Lukman bilang ke depannya penguatan rupiah mungkin lebih terbatas. 

Untuk diketahui, dalam sepekan rupiah telah terapresiasi sebesar 0,99%. Menurut Lukman, dampak penguatan ini sudah terealisasi.

“Rupiah sudah menguat besar selama sepekan, sangat wajar apabila terdampak aksi ambil untung. Investor masih belum terlalu berani menahan posisi mengingat sikap Trump yang berubah terus,” kata Lukman. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×