Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sentimen politik global, khususnya terkait pemilihan presiden (pilpres) di Amerika Serikat (AS) diprediksi bakal jadi pengganjal penguatan harga emas di tahun depan. Meskipun begitu, tren harga emas di sisa 2019 hingga tahun depan diprediksi masih dalam tren bullish.
Mengutip Bloomberg pada perdagangan Kamis (12/12) pergerakan harga emas global di pasar Commodity Exchange (Comex) untuk kontrak perdagangan Februari 2020 tercatat menguat sebanyak 0,26% ke level US$ 1.479 per ons troi.
Baca Juga: Naik sementara, harga emas hingga akhir 2019 akan cenderung sideways
Analis Deddy Yusuf Siregar mengatakan, untuk 2020 pergerakan harga emas masih berpotensi bullish. Sentimen utamanya datang sinyal Bank Sentra AS (The Fed) yang masih menahan suku bunga acuannya di kisaran 1,5% hingga 1,75%.
Tampaknya The Fed belum akan menaikkan suku bunga acuannya, sehingga potensi emas di semester awal 2020 bakal bergerak di rentang US$ 1.490 per ons troi hingga US$ 1.530 per ons troi. "Bila harga berhasil tembus US$ 1.500 di awal semester, maka pasar emas berpeluang bullish," kata Deddy kepada Kontan, Kamis (12/12).
Baca Juga: Investree salurkan pinjaman Rp 2,4 triliun sepanjang 2019
Adapun di penghujung 2019, Deddy memprediksi harga emas berada di kisaran US$ 1.450 per ons troi hingga US$ 1.483 per ons troi. Investor juga direkomendasikan untuk buy di jangka menengah hingga tahun baru imlek 2020.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News