kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45922,92   -8,44   -0.91%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sentimen negatif membayangi pasar modal, penerbitan obligasi masih ramai


Kamis, 22 Juli 2021 / 20:24 WIB
Sentimen negatif membayangi pasar modal, penerbitan obligasi masih ramai
ILUSTRASI. Obligasi.


Reporter: Dityasa H. Forddanta, Nur Qolbi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah sentimen negatif yang membayangi pasar modal, sejumlah emiten tetap mencari pendanaan melalui surat utang. Yang terbaru adalah PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) yang tengah menawarkan Obligasi Berkelanjutan III Adhi Karya Tahap II Tahun 2021 dengan nilai pokok Rp 673,5 miliar.

Obligasi tersebut diterbitkan dalam dua seri dengan tingkat bunga 7,5% dan 9,55%. Rencananya, sekitar 60% dana obligasi akan digunakan untuk belanja modal berupa aset tetap (alat proyek, pabrik) dan penyertaan proyek investasi infrastruktur, lalu sekitar 16% untuk pembiayaan kembali ( refinancing) utang, dan sisa 24% untuk modal kerja proyek infrastruktur.

Kemudian, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) juga akan menerbitkan Obligasi Berkelanjutan V Tahap I Tahun 2021 dengan jumlah pokok sebanyak-banyaknya Rp 1,2 triliun. 

Setelah dikurangi biaya-biaya emisi, dana tersebut akan digunakan untuk refinancing sebagian utang anak usaha, yakni PT Solu Sindo Kreasi Pratama atas fasilitas pinjaman revolving dalam US$ 375 juta Facility Agreement yang akan jatuh tempo pada Januari 2025.

Sementara itu, PT Medco Energi International Tbk (MEDC) akan menerbitkan obligasi global senilai US$ 800 juta yang memiliki jangka waktu 7 tahun. Dana tersebut rencananya akan digunakan untuk belanja modal maupun refinancing utang perusahaan beserta anak usahanya.

Baca Juga: Haus Dana Segar, Medco (MEDC) Gelar Dua Aksi Penggalangan Dana Hingga Belasan Triliun

Sekretaris Perusahaan PT Adhi Karya (Persero) Tbk Farid Budiyanto mengatakan, penerbitan obligasi ini merupakan salah satu strategi pendanaan perusahaan. Saat ini, ADHI masuk ke beberapa proyek investasi secara selektif karena melihat adanya potensi peningkatan pendapatan dan recurring income dari proyek-proyek tersebut.

"Untuk memenuhi kebutuhan pendanaannya, strategi yang ADHI lakukan adalah dengan memaksimalkan dan mengkombinasikan berbagai alternatif pendanaan agar dapat memberikan hasil optimal," tutur Farid saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (22/7).

Menurut dia, ADHI memilih obligasi karena merupakan satu instrumen pendanaan jangka panjang yang cocok untuk mendanai proyek investasi dengan imbal hasil jangka panjang. ADHI juga memanfaatkan momentum suku bunga rendah supaya bisa mengeluarkan biaya dana ( cost of funds) obligasi yang lebih murah.

Sementara itu, Direktur Keuangan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk Helmy Yusman Santoso mengatakan, TBIG menerbitkan obligasi dalam rupiah untuk menghindari risiko fluktuasi nilai tukar. Mengingat, kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) belakangan ini cukup fluktuatif akibat berbagai sentimen global terutama arah kebijakan moneter The Fed.

"Sebenarnya kalau secara kupon, obligasi yang Rp 1,2 triliun ini kemungkinan lebih mahal dibanding utang lama yang mau di-refinancing. Akan tetapi, emisi baru obligasi dalam kurs rupiah, jadi seenggaknya TBIG terhindar dari risiko fluktuasi kurs," ucap Helmy.

Sebagai informasi, sepanjang 2021 sampai dengan Jumat (16/7), Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan 47 emisi obligasi dan sukuk dari 34 emiten dengan nilai total Rp 50,31 triliun. Dengan begitu, total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI berjumlah 470 emisi dari 125 emiten dengan nilai nominal outstanding sebesar Rp 426,69 triliun dan US$ 47,5 juta.

Selanjutnya: Pelaku Pasar Beralih ke Portofolio Berisiko Rendah, Obligasi Diburu

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×