Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah mengawali perdagangan pekan ini dengan kinerja yang kurang memuaskan. Di pasar spot, rupiah terkoreksi 0,15% dan ditutup di level Rp 14.442 per dolar Amerika Serikat (AS).
Sementara di kurs referensi Jisdor Bank Indonesia, mata uang Garuda ini ditutup di level Rp 14.441 per dolar AS atau terdepresiasi 0,23% dibanding penutupan sebelumnya.
Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri melihat peluang rupiah untuk kembali melemah pada esok hari, Selasa (7/12) masih terbuka lebar. Ia melihat, secara sentimen, saat ini semuanya menuju ke dolar AS, sehingga mata uang emerging market seperti rupiah sangat rentan mengalami pelemahan.
Menurutnya, para pelaku pasar masih berada dalam kekhawatiran dan ketidakpastian imbas dari perubahan sikap The Fed. Pasar mengekspektasikan proses tapering off akan jauh lebih cepat pelaksanaannya dan berpotensi membuat kenaikan suku bunga acuan AS lebih cepat dari perkiraan.
Baca Juga: Rupiah Jisdor melemah 0,23% ke Rp 14.441 per dolar AS pada Senin (6/12)
“Ada kemungkinan nilai pengurangan pembelian obligasi yang semula US$ 15 miliar, akan menjadi US$ 30 miliar. Dengan likuiditas dolar AS terus berkurang, namun demand tetap tinggi, nilai dolar AS pun menguat,” kata Reny ketika dihubungi Kontan.co.id, Senin (6/12).
Senada, analis Monex Investindo Futures Andian Wijaya juga meyakini spekulasi sikap hawkish dari para pejabat The Fed masih akan jadi sentimen yang mewarnai pasar uang ke depan. Hal ini berpotensi memicu terjadinya capital outflow baik di pasar saham maupun obligasi. Alhasil, rupiah sangat riskan untuk mengalami pelemahan.
Andian memperkirakan rupiah esok hari akan berada pada rentang Rp 14.400 - Rp 14.500 per dolar AS dengan kecenderungan melemah.
Kompak, Reni juga meyakini hal yang serupa dan memproyeksikan rupiah bergerak di kisaran Rp 14.390 - Rp 14.480 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News