Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Terlepas dari hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada awal pekan ini, para analis sepakat bahwa sentimen eksternal tetap memainkan peran penting terhadap kinerja pasar obligasi Indonesia dalam beberapa waktu ke depan.
Analis Fixed Income MNC Sekuritas I Made Adi Saputra mengaku, di luar agenda RDG BI, sebenarnya sudah tidak ada lagi data ekonomi di sisa bulan ini yang bisa mempengaruhi kondisi pasar obligasi dalam negeri. Sentimen dari domestik kemungkinan hanya berasal dari hasil lelang Surat Berharga Negara (SBN) yang berlangsung pada perdagangan Selasa (23/10) besok dan pekan depan.
Maka dari itu, sentimen eksternal akan kembali menjadi penopang utama kinerja pasar. Untuk saat ini, para pelaku pasar tengah mencermati sejauh mana gejolak pasar saham global berlangsung. Padahal, di periode yang sama tren kenaikan yield US Treasury masih berlangsung akibat efek ekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS akhir tahun nanti.
Namun, dalam beberapa hari terakhir yield US Treasury justru kembali bergerak stabil karena para investor global berbondong-bondong mengalihkan dananya ke instrumen tersebut. Di sisi lain, tidak lama lagi musim rilis laporan keuangan kuartal III untuk emiten-emiten di pasar saham AS bakal tiba.
“Para pelaku pasar menanti apakah kalau laporan keuangannya bagus pasar saham AS akan kembali pulih. Jika demikian, hal ini bisa membuat yield US Treasury kembali naik,” papar Made, Senin (22/10).
Disamping itu, para pelaku pasar juga masih memperhatikan kelanjutan kebijakan penghentian pembelian obligasi oleh European Central Bank (ECB) di tengah sejumlah masalah yang melanda kawasan Eropa. Mulai dari konflik defisit anggaran belanja Italia hingga berlarutnya proses perjanjian Brexit.
Made menilai, sentimen ini cukup penting mengingat banyak investor asing di pasar obligasi Indonesia berasal dari Eropa.
Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management, Anil Kumar menambahkan, para pelaku pasar juga masih mengkhawatirkan potensi berlanjutnya perang dagang antara AS dan China yang sulit diprediksi. Tambahan lagi, The Fed masih akan menaikan suku bunga acuan AS hingga tahun depan sehingga tren kenaikan yield US Treasury bakal berlanjut.
Dengan demikian, level sekitar 8% bukanlah level tertinggi untuk yield SUN 10 tahun. Masih ada potensi kenaikan jika melihat kondisi terkini. “Sampai akhir tahun, probabilitas yield SUN untuk bergerak naik jauh lebih besar ketimbang probabilitas untuk bergerak turun,” tandasnya.
Sebagai informasi, pada perdagangan hari ini yield SUN seri acuan 10 tahun atau FR0064 berada di level 8,59%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News