Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Agenda Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang berlangsung pada Senin (22/10) hari ini dan Selasa (23/10) besok dapat menjadi sentimen yang mempengaruhi pasar obligasi Indonesia.
Analis Fixed Income MNC Sekuritas I Made Adi Saputra mengatakan, para pelaku pasar memang menantikan hasil RDG BI pada awal pekan ini dan relatif lebih berhati-hati untuk melakukan transaksi di pasar sekunder. Hasilnya, pergerakan yield Surat Utang Negara (SUN) saat ini cenderung bervariasi.
Beberapa seri SUN bertenor pendek hingga menengah tampak mengalami penurunan yield. Namun, yield sejumlah seri SUN bertenor panjang mengalami kenaikan meski tidak begitu signifikan.
Yield SUN seri acuan 10 tahun pada perdagangan hari ini bertengger di level 8,59% atau turun dari posisi di akhir pekan lalu di level 8,61%.
Dia menilai, kemungkinan besar BI akan menahan suku bunga acuan di level 5,75% pada bulan ini dan lebih memilih untuk menyesuaikan kenaikan suku bunga acuan AS yang berpotensi terjadi pada Desember mendatang.
Sebab, kenaikan suku bunga acuan yang terlalu cepat justru bisa mempengaruhi kondisi perekonomian nasional. Apalagi, berkaca pada kejadian sebelumnya, kenaikan suku bunga acuan dapat meningkatkan beban cost of fund korporasi. Alhasil, penerbitan obligasi korporasi lagi-lagi terancam terhambat.
Kendati demikian, para pelaku pasar tetap menaruh perhatian tinggi pada RDG BI. Hanya saja, kali ini fokusnya lebih kepada pernyataan BI pasca agenda yang berlangsung selama dua hari tersebut. “Para pelaku pasar menunggu kebijakan-kebijakan moneter BI lainnya di luar kenaikan suku bunga yang bisa menahan volatilitas rupiah,” papar Made, Senin (22/10).
Di sisi lain, Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Indonesia Anil Kumar menyatakan, BI harus selalu selangkah di depan The Federal Reserves untuk urusan kebijakan suku bunga acuan. Artinya, suku bunga acuan dinilai perlu naik untuk meredam arus keluarnya dana investasi asing dari pasar obligasi Indonesia.
Memang, kalaupun suku bunga acuan jadi naik, yield SUN otomatis juga akan bergerak naik. Tetapi, paling tidak kenaikan tersebut kemungkinan tidak akan setajam dibandingkan kalau skenarionya adalah suku bunga acuan tetap berada di level yang sama seperti sekarang.
Bahkan, jika suku bunga acuan BI diturunkan, yield SUN tetap berpotensi bergerak naik. Sebab, investor asing memandang belum saatnya Indonesia kembali merasakan era suku bunga acuan rendah di saat tren kenaikan suku bunga acuan AS masih berlangsung.
“Tekanan yield SUN malah bisa bertambah karena ada faktor dari berkurangnya kepemilikan asing akibat efek keputusan RDG BI,” ungkap Anil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News