Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten properti diproyeksikan akan membaik seiring dengan datangnya sejumlah sentimen positif di sisa tahun 2024 ini.
Asal tahu saja, The Fed menurunkan suku bunga acuan sebesar 50 basis points (bps) menjadi 4,75-5,0% pada bulan September lalu. The Fed juga diproyeksikan akan kembali menurunkan suku bunga di sisa tahun 2024.
Sejalan, Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga BI rate menjadi 6% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada bulan September lalu. Pasar pun akan kembali menanti keputusan BI dalam menentukan suku bunga acuan pada RDG di pekan ini.
Sebelumnya, ada sejumlah sentimen di industri properti yang menjadi angin segar kala suku bunga masih belum diturunkan oleh bank sentral pada bulan lalu. Sebut saja, insentif pajak pertambahan nilai (PPN) ditanggung pemerintah (DTP) 100% yang berlangsung di sepanjang tahun 2024.
Kabar baik lain bagi industri properti pun datang menjelang pergantian pemerintahan. Sebab, presiden terpilih Prabowo Subianto akan memberikan relaksasi kebijakan pajak di masa kepemimpinannya, termasuk pajak properti.
Baca Juga: Kinerja Pakuwon Jati (PWON) Diproyeksi Positif, Simak Rekomendasi Sahamnya
Prabowo berencana menghapus pajak pertambahan nilai (PPN) 11% dan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) 5%. Wacana soal rencana penghapusan pajak properti akan berlangsung 1 tahun-3 tahun.
Selain itu, Prabowo juga mencanangkan pembangunan tiga juta rumah dalam setahun. Program ini diharapkan dapat memberikan dampak positif pada permintaan KPR subsidi.
Certified Elliott Wave Analyst Master Kanaka Hita Solvera, Daniel Agustinus melihat, kinerja saham emiten properti saat ini cukup menarik.
Misalnya saja, PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) yang sahamnya sudah naik 25,22% sejak awal tahun alias year to date (YTD). PT Ciputra Development Tbk (CTRA) sahamnya naik 20,09% YTD.
Saham PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) juga tercatat naik 11,23% YTD. PT Bumi Serpon Damai Tbk (BSDE) sahamnya terpantau juga naik 18,06% YTD. Sejalan, saham PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) juga naik 45,12% YTD.
Menurut Daniel, harga saham para emiten properti per hari ini dinilai sudah merefleksikan kinerja keuangan dan operasional masing-masing emiten.
“Meskipun tren pembelian rumah tak tinggi di era suku bunga tinggi, namun kinerja para emiten terbantu dengan adanya stimulus kebijakan PPN DTP 100% dari pemerintah sejak awal tahun ini,” ujarnya kepada Kontan, Minggu (13/10).
Di sisa tahun 2024, kinerja emiten properti dinilai akan semakin melesat, terutama dengan adanya kebijakan baru dan penurunan suku bunga acuan bank sentral.
“Sentimen negatif untuk sektor ini adalah adanya pelemahan daya beli masyarakat. Apalagi, Indonesia juga tengah mencatatkan deflasi selama lima bulan beruntun,” ungkapnya.
Daniel pun merekomendasikan buy on weakness untuk ASRI dan BSDE dengan target harga masing-masing Rp 270 per saham dan Rp 1.400 per saham.
Baca Juga: Rekomendasi Saham Big Cap Pilihan yang Berpeluang Menguat Usai Tertekan
Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta Utama melihat, kinerja saham para emiten properti belakangan tengah mengalami rebound setelah selesainya era suku bunga tinggi yang menekan penjualan mereka.
“Di era suku bunga tinggi saja para emiten nampak mampu mencatatkan kinerja pendapatan pra penjualan alias marketing sales yang impresif,” ujarnya kepada Kontan, Minggu (13/10).
Berdasarkan catatan Kontan, ASRI membukukan marketing sales sebesar Rp 1,2 triliun di semester I 2024. PWON mencatatkan marketing sales Rp 771 miliar di semester I 2024, naik 28% secara tahunan alias year on year (YoY).
Perolehan marketing sales BSDE juga naik ke Rp 4,84 triliun di semester I 2024, dari sebelumnya Rp 4,79 triliun. CTRA mengantongi marketing sales Rp 6,08 triliun di semester I 2024, naik 20% YoY.
Salah satu sentimen penopang kinerja para emiten properti sejak awal tahun 2024 hingga hari ini adalah adanya PPN DPT 100% dari pemerintah untuk aset hunian di bawah Rp 5 miliar.
“Kinerja saham mereka juga tercatat naik sejak awal tahun didorong oleh insentif PPN DTP 100%,” ungkapnya.
Alhasil, kinerja para emiten properti berpotensi akan semakin melaju di tengah sejumlah sentimen positif yang datang di akhir tahun 2024.
Sebab, sentimen tersebut akan memengaruhi peningkatan permintaan aset hunian, karena bunga kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit pemilikan apartemen (KPA) menjadi makin menarik.
“Sentimen negatif yang memengaruhi kinerja para emiten adalah melemahnya daya beli masyarakat dan meningkatkan harga bahan baku untuk pembangunan properti,” tuturnya.
Nafan pun merekomendasikan buy on weakness untuk saham BSDE dan APLN dengan target harga terdekat masing-masing Rp 1.340 per saham dan Rp 131 per saham.
Saham CTRA direkomendasikan accumulative buy dengan target harga terdekat Rp 1.515 per saham. Rekomendasi maintain buy diberikan Nafan untuk saham SMRA dengan target harga terdekat Rp 750 per saham.
Baca Juga: Catat ini Sederet Emiten yang Bakal Tuai Berkah dari Program Pemerintahan Prabowo
Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia, Axell Ebenhaezer melihat, kinerja emiten properti di sisa tahun 2024 masih kuat. Hal ini didukung oleh pemangkasan suku bunga acuan BI dan The Fed.
Perpanjangan insentif PPN DTP 100% hingga akhir tahun 2024 juga memberikan dukungan tambahan terhadap sektor properti Indonesia.
“Namun, ada cukup banyak risiko dari makroekonomi, baik dalam jangka menengah hingga panjang. Termasuk, wacana kenaikan tarif PPN menjadi 12% pada tahun 2025 yang berpotensi menurunkan daya beli konsumen,” ujarnya dalam riset NH Korindo Sekuritas Indonesia tertanggal 27 September 2024.
Axell pun merekomendasikan overweight untuk saham PWON dengan target harga Rp 575 per saham.
Head of Investment Reswara Gian Investa Kiswoyo Adi Joe melihat, kinerja saham emiten properti yang menanjak di era suku bunga tinggi disebabkan pasar yang sekadar suka dengan sentimen baik di industri tersebut.
“Pasar pasti tanggapi sentimen positif itu dengan harapan penjualan dan laba emiten ikut naik. Namun, secara riil penjualan properti masih cenderung flat,” ujarnya kepada Kontan, Minggu (13/10).
Meskipun banyak sentimen positif yang menghampiri industri properti, Kiswoyo mengingatkan akan adanya potensi pelemahan daya beli masyarakat di masa mendatang.
“Masyarakat tidak mungkin terpikirkan beli rumah kalau untuk beli makan dan minum saja susah. Mereka pasti akan cenderung memilih sewa hunian terlebih dulu,” ungkapnya.
Sentimen penurunan suku bunga juga dianggap Kiwoyo belum akan berdampak langsung ke kinerja para emiten properti di tahun ini. Dia bilang, setidaknya butuh waktu lebih dari tiga bulan untuk melihat langsung dampak dari penurunan suku bunga ke kinerja emiten.
“Suku bunga turun itu yang pertama kali ikut turun adalah bunga tabungan dan deposito. Di luar itu, butuh waktu yang lebih lama. Mungkin dampaknya bisa dilihat di pertengahan semester I 2025,” tuturnya.
Baca Juga: Suku Bunga Agresif Dipangkas, Deretan Saham Ini Bakal Ngegas
Di sisi lain, sentimen penghapusan PPN 11% dan BPHTB 5% di sektor industri juga belum jelas akan seperti apa mekanismenya. Sehingga, dampaknya belum akan terasa ke kinerja para emiten properti sampai aturannya jelas diterapkan pemerintah.
Kiswoyo pun merekomendasikan buy on weakness untuk saham BSDE, SSIA, SMRA, PWON, dan CTRA dengan target harga masing-masing di Rp 1.400 per saham, Rp 1.400 per saham, Rp 750 per saham, Rp 550 per saham, dan Rp 1.450 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News