kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.415.000   2.000   0,08%
  • USD/IDR 16.675   -17,00   -0,10%
  • IDX 8.549   40,08   0,47%
  • KOMPAS100 1.182   8,55   0,73%
  • LQ45 851   5,37   0,64%
  • ISSI 303   2,00   0,67%
  • IDX30 439   2,95   0,68%
  • IDXHIDIV20 506   2,43   0,48%
  • IDX80 132   0,73   0,55%
  • IDXV30 138   0,41   0,30%
  • IDXQ30 139   0,76   0,55%

Semua Jenis Reksadana Kompak Cetak Return Positif, Reksadana Ini Paling Unggul


Senin, 01 Desember 2025 / 19:59 WIB
Semua Jenis Reksadana Kompak Cetak Return Positif, Reksadana Ini Paling Unggul
ILUSTRASI. Reksadana.


Reporter: Wafidashfa Cessarry | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kinerja reksadana mencatatkan performa positif di semua jenis produknya sepanjang tahun ini. Berdasarkan data Infovesta, per November 2025 rata-rata reksadana saham mencatat return 17,32% year-to-date (ytd), disusul reksadana campuran 13,26%, reksadana pendapatan tetap 6,55% dan reksadana pasar uang 4,12%. Meski mencatat pertumbuhan positif, return reksadana saham masih berada di bawah kenaikan IHSG yang menguat 20,18% secara year-to-date.

Research Analyst Infovesta Kapital Advisori, Arjun Ajwani menilai, performa reksadana sepanjang 2025 bergerak sejalan dengan pergerakan pasar saham dan obligasi. Ia menjelaskan melonjaknya IHSG dan turunnya yield obligasi membuat kinerja reksadana saham dan pendapatan tetap ikut terdorong.

“Wajar kalau reksadana saham dan reksadana pendapatan tetap menghasilkan kinerja yang cukup tinggi dan positif. Ini sejalan dengan kinerja underlying product-nya,” ujar Arjun kepada KONTAN, Senin (1/12/2025). Ia menambahkan, prospek tahun depan masih positif seiring ekspektasi berlanjutnya pemangkasan suku bunga global maupun suku bunga acuan BI.

Baca Juga: Mandiri Investasi Jajaki Peluncuran Reksadana ETF Emas Syariah di Awal 2026

Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM), Reza Fahmi, menambahkan tahun 2025 merupakan tahun yang kuat bagi industri reksadana. Ia menyebut kenaikan IHSG yang menembus 8.509 serta turunnya suku bunga BI menjadi pendorong utama sektor saham dan obligasi. "Reksadana pendapatan tetap tetap menjadi tulang punggung industri berkat penurunan suku bunga acuan BI sejak awal tahun," kata dia. Total dana kelolaan industri reksadana yang mencapai rekor Rp 621 triliun per Oktober 2025 juga menjadi bukti jika reksadana bergerak positif sepanjang tahun ini. 

Di November, reksadana saham mulai mengejar ketertinggalan performanya, terutama produk berbasis LQ45 dan sektor berfundamental kuat. Sementara reksadana pasar uang tetap stabil, menjadi penopang likuiditas. 

Kalau Direktur Panin Asset Management, Rudiyanto menyebut, kondisi pasar di bulan November cukup bervariasi dikombinasi koreksi pasar obligasi dan kenaikan harga saham. "Obligasi sudah naik banyak sejak awal tahun, jadi November agak terkoreksi. Kalau saham ketinggalan, jadi November mengejar,” jelas dia.

Menatap tahun depan, prospek reksadana dinilai tetap positif. Arjun menyebut kebijakan pro-growth pemerintah dan ketahanan ekonomi Indonesia menjadi fondasi kuat. Ia menilai risiko perlambatan global masih ada, tetapi tidak menghilangkan potensi penguatan pasar modal domestik.

Arjun berpendapat, sentimen geopolitik global, arah kebijakan suku bunga The Fed, inflasi AS, serta stimulus dari Indonesia, China, dan AS akan berperan besar menggerakkan pasar di tahun depan. Adapun potensi penerapan aturan free float baru yang akan diumumkan pada di Januari 2026 dan berlaku setelah bulan Mei 2026 juga akan menggerakkan saham ke depannya. 

Di sisi lain, Reza melihat peluang positif pada hampir semua jenis reksadana berkat proyeksi pemulihan ekonomi global dan pertumbuhan laba emiten yang diperkirakan naik 10% di 2026.

Baca Juga: Reksadana Pendapatan Tetap dan Pasar Uang Makin Dominan, Begini Prospeknya

Arjun menyebut, reksadana saham dan pendapatan tetap tetap menarik seiring tren pelonggaran kebijakan moneter ke depannya. 

Kalau Reza menyebut reksadana pendapatan tetap berpotensi menjadi primadona dengan proyeksi imbal hasil 5%–6%. Ia juga menyoroti meningkatnya minat terhadap reksadana syariah dan ESG. 

Sementara Rudiyanto menilai, semua jenis reksadana masih layak dilirik, termasuk reksadana syariah global yang berinvestasi pada saham luar negeri.

Dengan dukungan ekspektasi penurunan suku bunga dan pemulihan pasar saham, pelaku industri memperkirakan kinerja reksadana di 2026 akan lebih stabil dengan peluang pertumbuhan lanjutan di berbagai jenis produk.

Selanjutnya: Indah Kiat (INKP) Tancap Gas Masuk 2026, Ekspansi dan Harga Pulp Jadi Katalis

Menarik Dibaca: Gen Z vs Milenial vs Gen X: Begini Perbedaan Cara Mereka Bepergian

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×