Reporter: Dimas Andi | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Volatilitas rupiah tergolong tinggi dalam sepekan terakhir, akibat kuatnya sentimen dari luar negeri, yaitu penguatan dollar Amerika Serikat (AS).
Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot pada Jumat (27/4) pukul 17.00 WIB, melemah tipis 0,01% ke level Rp 13.893 per dollar AS. Dibandingkan Jumat lalu, posisi mata uang Garuda stagnan. Meski demikian, awal pekan ini, Senin (23/4), rupiah sempat terpuruk hingga menembus level Rp 13.975 per dollar AS.
Sementara, kurs tengah rupiah di Bank Indonesia hari ini menguat 0,36% menjadi Rp 13.879 per dollar AS. Namun, sepekan, rupiah masih terdepresiasi 0,54%.
Analis PT Global Kapital Investama Berjangka, Nizar Hilmy mengatakan, fluktuasi rupiah meningkat tajam pada pekan ini seiring kenaikan imbal hasil US Treasury yang sempat menyentuh level 3%. Kenaikan tersebut imbas dari ekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS yang meningkat berkat positifnya sejumlah data-data ekonomi di negeri Paman Sam.
Dollar AS makin perkasa setelah sentimen kenaikan Fed Fund Rate terjadi di tengah tensi perang dagang maupun konflik geopolitik di Suriah mereda. “Mata uang major currency lainnya pun melemah terhadap dollar AS,” kata Nizar, hari ini.
Selain itu, keluarnya dana asing dari pasar saham dan obligasi Indonesia dalam sepekan terakhir juga membuat rupiah sulit bangkit.
Terlepas dari itu, Nizar menilai, peluang rupiah untuk menguat pada pekan depan tetap, ada walau sifatnya terbatas. Hal ini mengingat dollar AS sudah menguat terlalu tajam sehingga ada potensi koreksi sesaat.
Ditambah lagi, BI juga terus berada di pasar dan berupaya mencegah rupiah untuk menembus level Rp 14.000. “Intervensi BI seharusnya dapat respons positif dari pasar,” ujarnya.
Nizar memperkirakan, rupiah akan bergerak di rentang Rp 13.850-Rp 14.000 per dollar AS pada pekan depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News