Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Nilai tukar rupiah sempat berada di level Rp 8.000 per dolar Amerika Serikat (AS) di laman Google Finance pada Sabru (1/2). Hal tersebut menimbukan kehebohan di pasar keuangan lantaran dinilai tak wajar.
Berdasarkan data Google Finance pada Sabtu (1/2), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mendadak perkasa ke level Rp 8.170. Tak hanya itu, rupiah terpantau juga menguat di hadapan euro, yang berada di level Rp 8.348 per euro.
Pengamat Mata Uang Ibrahim Assuaibi menduga, posisi rupiah ke level Rp 8.170 per dolar AS kemungkinan akibat ulah peretas (hacker). Ini sebagai sinyal untuk menunjukkan bahwa ekonomi ditargetkan tumbuh 8%, semestinya membawa Rupiah di level Rp 8.000 per dolar AS.
‘’Bisa saja para hacker ini adalah orang yang kecewa dengan pemerintahan saat ini. Di mana para hacker menganggap bahwa ini loh Rupiah itu Rp 8.000, kalau seandainya pertumbuhan ekonomi tahun 2025 adalah 8%,’’ ucap Ibrahim dalam pesan singkat, Sabtu (1/2).
Menurut Ibrahim, peretas mungkin menyindir target pertumbuhan ekonomi pemerintah karena tidak ada kesempatan yang pasti. Ada perbedaan pandangan di antara lembaga pemerintah yang menimbulkan keraguan ekonomi bisa tumbuh tinggi.
Baca Juga: Rupiah Sempat ke Rp 8.170 Per Dolar AS di Google pada Sabtu (1/2), Ini Kata Pengamat
Bagi kabinet pemerintahan Prabowo, ekonomi Indonesia optimistis bisa tumbuh 8% di tahun 2025. Sementara itu, Bank Indonesia (BI) memprediksi ekonomi Indonesia tumbuh 4,8% - 5,1%. Kementerian Keuangan memproyeksi ekonomi Indonesia tumbuh 5,2% di tahun 2025.
‘’Dari pemerintahan sendiri ada perbedaan yang cukup mencolok dalam pertumbuhan ekonomi. Ini artinya tidak ada satu kesepakatan pasti yang di pemerintah sendiri untuk pertumbuhan ekonomi di tahun 2025,’’ ujar Ibrahim.
Ibrahim menyoroti, target pertumbuhan ekonomi tersebut tidak selaras dengan kondisi ekonomi yang berada di lapangan. Hal itu terlihat dari perusahaan-perusahaan banyak mengalami kebangkrutan dan melakukan PHK, semakin menekan masyarakat kelas menengah.
Selain itu, program Makan Bergizi Gratis (MBG) disalurkan melalui model sentralistik. Banyak ekonom melihat program makan sehat pemerintahan Prabowo-Gibran ini tidak serta merta akan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
Terlebih lagi, kondisi perekonomian global memberikan gambaran jelas bahwa Rupiah tidak mungkin di kisaran Rp 8.000 per dolar AS. Hal itu seiring adanya ancaman tarif Trump dan suku bunga masih bertahan tinggi.
Ibrahim menuturkan, Donald Trump telah memulai perang dagang dengan China, Eropa, Kanada dan Meksiko. Trump juga mengancam negara anggota BRICS yang tidak menggunakan dolar AS dalam transaksi akan dikenakan tarif impor 100%.
Adapun Trump telah resmi menandatangani perintah untuk menerapkan bea masuk sebesar 10% pada semua impor dari China dan 25% pada impor dari Meksiko dan Kanada, mulai Selasa (4/2).
Baca Juga: Begini Penjelasan Google Usai Rupiah Mendadak Menguat ke Level Rp 8.170 Per Dolar AS
Di samping itu, the Fed tidak mengindahkan arahan Trump untuk memangkas suku bunga acuan dan masih mempertahankan suku bunga 4,5% 4,75% di pertemuan Januari 2025. Ini menunjukkan the Fed tidak bisa diintervensi, sekalipun dari Presiden Trump.
Dengan berbagai faktor tersebut, Ibrahim memandang bahwa penguatan nilai tukar rupiah ke level Rp 8.000 per dolar AS, hanya bersifat semu. Kuatnya rupiah murni karena ulah hacker dan prospek ke depan masih tetap suram.
‘’Itulah yang mungkin membuat gonjang-ganjing Rupiah, sehingga para hacker mempermainkan rupiah di Google dari Rp 16.304 menjadi Rp8.000. Dan ini kemungkinan besar hanya sesaat, hari Senin akan kembali normal,’’ imbuh Ibrahim.
Ibrahim memperkirakan, rupiah berpotensi kembali dalam tren pelemahan di perdagangan awal pekan, Senin (3/2). Rilis inflasi terbaru PCE AS akan melemahkan rupiah di rentang Rp 16.300 – Rp 16.360 per dolar AS.
Analis Doo Financial Futures menambahkan, kebijakan Trump memang sulit dimengerti dan seringkali bertentangan. Misalnya seperti desakan terhadap BRICS agar tidak meninggalkan dolar AS yang membuatnya tetap kuat, namun juga tidak segan menuduh pelemahan mata uang lain akibat currency manipulator atau manipulasi level nilai tukar dari pemerintah.
Donald Trump juga memiliki pandangan yang berseberangan dengan the Fed terkait arah suku bunga. Trump inginkan suku bunga segera turun, namun Fed masih ingin menahan suku bunga tinggi untuk mengendalikan inflasi.
Baca Juga: AS Kenakan Tarif Impor 25% dari Meksiko dan Kanada, China Naik 10% Mulai Selasa (4/2)
‘’Bukan hanya rupiah, kebijakan Trump memberikan dampak pada semua mata uang dunia, terlebih sekarang investor semakin mengkhawatirkan akan terjadinya global trade war,’’ kata Lukman saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (2/2).
Lukman menilai, revisi aturan Devisa Hasil Ekspor (DHE) 100% yang mulai 1 Maret 2025, menjadi katalis positif bagi rupiah. Aturan terbaru DHE dapat mendongkrak Cadangan Devisa dan BI akan lebih leluasa untuk mengintervensi.
Namun demikian, apabila dolar terus menguat di hadapan mata uang dunia, maka tidak ada peluang bagi rupiah untuk bertahan dari tekanan. Berita rupiah menguat menjadi Rp 8.000 per dolar AS pun hanya sebatas kesalahan data yang tidak sama sekali berdampak bagi prospek rupiah.
‘’Seperti halnya mata uang lain, prospek rupiah terhadap dolar masih akan tertekan. Rupiah diperkirakan akan berkisar Rp 16.000 – Rp 16.600 di kuartal I-2025. Tantangan paling besar dari kebijakan Trump dan ekonomi atau stimulus China,’’ sebut Lukman.
Selanjutnya: Simon Tahamata, Legenda Ajax Berdarah Maluku Dirumorkan Jadi Direktur Teknik Timnas!
Menarik Dibaca: Cara Tercepat Turunkan Gula Darah Tinggi Ketika Darurat di Rumah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News