Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Hingga saat ini, pertemuan antar pejabat AS dan China memang sedang berlangsung. “Pasar melihat adanya progress dengan akan bertemunya presiden AS Trump dan Wakil Perdana Menteri China Liu He tengah malam nanti,” jelas Faisyal.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan bahwa sepekan ini pergerakan rupiah didominasi oleh penantian pasar terhadap negosiasi dagang. Ia bilang rupiah melemah di awal pekan karena pasar masih menanti pertemuan dagang yang terjadi pada tengah pekan ini.
Josua menyampaikan hasil positif terlihat pada pertemuan hari pertama di Kamis (10/10) lalu. Hal ini membuat pasar semakin optimistis bahwa akan ada beberapa poin kesepakatan dagang yang bisa meredakan perang dagang antara AS dan China. “Beritanya mengatakan hal-hal positif dan Donald Trump pun menyampaikan pertemuan di hari pertama berjalan lancar,” ujar Josua.
Baca Juga: Rupiah menguat 0,04% ke Rp 14.144 per dolar AS pada pukul 11.05, Jumat (11/10)
Hasil dari negosiasi dagang antara AS dan China ini dinilai akan mempengaruhi pergerakan rupiah di pekan depan. Josua menilai hasil negosiasi ini akan ditambah dengan rilis data penting dari domestik dan global seperti data neraca dagang China dan Indonesia.
Dengan demikian, Josua memperkirakan rupiah masih bisa menguat terbatas di wilayah Rp 14.075-Rp 14.225 per dolar AS. Sedangkan Faisyal menilai rupiah juga bisa menguat di rentang Rp 13.900-Rp 14.250 per dolar AS dengan hasil dari negosiasi dagang serta isu Brexit yang diperkirakan akan mulai menjadi fokus di pekan depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News